1 Oktober: Hari Kesaktian Pancasila, Sekaligus Hari Berkabung Nasional Bagi Bangsa Indonesia
IDWS, Selasa, 1 Oktober 2019 - Hari ini, 1 Oktober 2019, rakyat Indonesia kembali memperingati Hari Kesaktian Pancasila untuk mengingatkan bangsa akan kekejaman Gerakan 30 September (G30S/PKI).
Peringatan Hari Kesaktian Pancasila berawal dari Surat Keputusan Menteri atau Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto pada 17 September 1966 silam.
Dengan keluarnya surat keputusan tersebut, Wakil Panglima Angkatan Darat Letjen Maraden Panggabean dalam jumpa pers menjelaskan bahwa pada tanggal itu, Pancasila sebagai fondasi, dasar serta jalan hidup bangsa Indonesia, hampir saja musnah dari ancaman ancaman besar dari serangan fisik para penganut Marxisme, Leninisme, dan Maoisme.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan sumber kekuatan moral dan spiritual bangsa kita, Bangsa Indonesia.
Dalam surat tersebut dinyatakan, peringatan harus tetap dilaksanakan oleh seluruh slagorde (pasukan) Angkatan Darat dengan menyertakan angkatan lainnya dan tak ketinggalan pula, rakyat Indonesia.
Suasana pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 1989. Monumen Pancasila Sakti dibangun di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, di dekat sumur maut yang dijadikan tempat pembuangan mayat para perwira tinggi TNI AD korban pembunuhan pada awal Oktober 1965. Pelaku pembunuhan adalah prajurit-prajurit TNI AD menyusul peristiwa G30S yang terus menjadi kontroversi hingga sekarang. Setiap tahun di depan monumen tersebut dilaksanakan upacara bendera Hari Kesaktian Pancasila.(KOMPAS/KARTONO RYADI)
1 Oktober 1966, peringatan Hari Kesaktian Pancasila untuk pertama kalinya digelar di Lubang Buaya.
Tragedi G30S/PKI
Melansir harian Kompas edisi 6 Oktober 1965, gerakan G30S/PKI merupakan bagian dari sejarah buruk bangsa Indonesia.
Dalam peristiwa tersebut, enam jenderal serta satu perwira pertama TNI AD yang menjadi korban. Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.
Ketujuh korban tersebut juga dianugerahi pahlawan revolusi. Mereka dibunuh oleh PKI lalu dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur. PKI menuduh mereka akan melakukan makar terhadap Soekarno melalui Dewan Jenderal.
Tanggal 1 Oktober tidak hanya mejadi hari peringatan Kesaktian Pancasila, namun juga menjadi hari berkabung, yang tujuannya terpisah dari ritual Kesaktian Pancasila.
Menurut Kompas.com (1/6/2016), sejumlah perwira TNI gugur pada tanggal tersebut di tahun 1965. Peristiwa itu kemudian difilmkan oleh almarhum Arifin C Noer dengan judul "Gerakan 30 September", yang menggambarkan adegan penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh gerombolan militer — dikenal sebagai Pasukan Cakrabirawa.
Cakrabirawa terbentuk atas unsur-unsur angkatan, di mana personelnya yang terlibat dalam tragedi G30S/PKI antara lain adalah Letkol Untung dan beberapa pasukannya dari Angkatan Darat.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Kompas.com
Foto Fitur: Istimewa