Korban Penganiayaan MOS Sekolah, Mengigau 'Ampun Komandan' Dalam Keadaan Tidak Sadarkan Diri
IDWS, Kamis, 18 Juli 2019 - Siswa SMA Taruna Indonesia Palembang, WJ (14), masih dililit selang dan kabel yang tersambung dengan mesin penunjang kehidupan di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit RK Charitas, Palembang.
Siswa baru SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia ini masih dalam kondisi kritis dan tak sadarkan diri sejak selesai menjalani operasi usus bocor di RS Karya Asih pada Sabtu (13/7/2019) pukul 23.00 hingga Rabu (17/7/2019) petang setelah dirujuk pindah rumah sakit.
Yang membuat hati kedua orangtuanya tersayat, di sela ketidaksadarannya, anak dari pasangan Suwiti-Nurwanah ini mengigau dan mengerang kesakitan meski mulutnya dipasangi ventilator. Igauan 'ampun' dan 'ampun komandan' kerap terlontar dari mulut WJ, aku Suwito dilansir dari CNNIndonesia.com.
Olah TKP Penganiayaan SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia oleh Polisi yang dilakukan tersangka Obby Frisman Arkataku di Palembang, 16 Juli 2019. (CNN Indonesia/Hafidz)
Sang ibu, Nurwanah, enggan beranjak dari sisi kiri ranjang tempat WJ berbaring. Air mata Nurwanah terlihat menderai, dan mulutnya tak berhenti memanjatkan doa memohon kesembuhan anaknya itu. Berbeda dengan Suwito yang meladeni pembesuk, Nurwanah irit bicara kepada para penjenguk anaknya. Bahkan, ketika pejabat publik yang membesuk anaknya, Nurwanah tetap diam menemani sang buah hati.
Namun, dalam kunjungannya, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) RI Retno Listyarti mengungkapkan Nurwanah sempat mendengarkan pengakuan WJ yang mengalami kekerasan dan dianiaya dalam proses Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMA Semi Militer Taruna Indonesia Palembang. Pengakuan WJ tersebut bahkan direkam Nurwanah.
"Sangat miris, orang tua mengantarkan anaknya bersekolah dalam kondisi sehat, namun pulang sudah di rumah sakit. Berdasarkan pengakuan orang tuanya pun korban sering mengigau, nampaknya mengalami trauma karena menjerit-jerit seperti orang dipukuli. Saya tidak tahu ini bagaimana menggali [keterangan] karena ibunya menangis terus," ujar Retno, Palembang, Rabu (17/7).
Suwito menerangkan pihak keluarga belum bisa melaporkan secara resmi penganiayaan WJ tersebut karena korban belum bisa dimintai keterangan.
"Untuk sementara ini, kita sudah minta Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak Sumsel untuk memberikan bantuan psikologis kepada orang tua WJ. Termasuk orang tua korban yang meninggal, DBJ yang berada di kabupaten. Ini harus provinsi yang bergerak karena domisili korban yang antardaerah," ujar Retno.
Dokter ICU RS RK Charitas, Justinus R Nugroho mengatakan kesehatan WJ belum menunjukkan perkembangan yang signifikan. Sejauh ini, kata dia, kestabilan WJ masih ditunjang obat-obatan dan pemakaian peralatan medis yang intensif.
Selain itu, sambungnya, rumah sakit pun membentuk tim khusus dari berbagai ahli untuk menangani kondisi kesehatan WJ
"Kami berharap kondisinya tidak memburuk. Kami masih mencoba mendiagnosa penyebab luka yang diderita oleh WJ, namun kini belum bisa disimpulkan penyebabnya," ujar Justinus.
Laporan ke polisi
Sementara itu, kuasa hukum keluarga WJ, Firli Darta mengatakan baru melaporkan penganiayaan yang dialami WJ secara lisan kepada Polresta Palembang. WJ yang masih dalam kondisi tidak sadar menyebabkan penyelidikan belum bisa dilakukan.
"Untuk saat ini keluarga masih fokus dalam masa penyembuhan, sekarang kondisinya sedang genting sekali, keluarga besar sudah berkumpul di RS Charitas," ujar dia.
Firli mengatakan saat mendaftar di SMA Taruna Indonesia, WJ dalam kondisi sehat wal afiat. Itu pun, sambungnya, dibuktikan pula lewat tes kesehatan yang menjadi syarat untuk masuk SMA Semi Militer tersebut.
"WJ dipastikan sehat tidak menderita penyakit apa-apa sebelum MOS, karena lulus tes kesehatan dari sekolah. Jadi ini ada penyebab lain yang menyebabkan ususnya terbelit atau bocor itu. Kita belum bisa menyimpulkan apa-apa karena WJ belum sadar. Doakan saja lekas sembuh, bisa kembali beraktifitas, dan bisa memberikan keterangan kepada penyidik," tutur Firli.
Dikonfirmasi terpisah, Kasatreskrim Polresta Palembang Komisaris Yon Edi Winara membenarkan perihal belum dimulainya penyidikan atas laporan kekerasan yang dialami WJ.
Ia mengatakan keluarga WJ baru melaporkan secara lisan, karena belum memiliki bukti terkait laporan tersebut. Pihaknya masih akan menindaklanjuti laporan keluarga WJ apabila korban sudah sadarkan diri.
"Kita tidak bisa menuduh ataupun mengusut perkara dimana belum ada buktinya. Karena itu, kami masih menunggu WJ sadar untuk keterangan tersebut. Kami juga masih harus menunggu hasil medisnya," ujar Yon Edi.
Sebelumnya, Suwito mengatakan dirinya mengetahui WJ dibawa ke rumah sakit setelah ditelepon pihak sekolah SMA Taruna Indonesia. Ketika tiba di rumah sakit dimaksud, Suwito langsung diminta persetujuan untuk tindakan medis oleh dokter.
"Datang ke rumah sakit saya langsung diminta menyetujui tindakan medis mendesak untuk operasi. Kata dokter anak saya sakit di bagian perut karena ada ususnya yang terbelit. Jadi sekitar pukul 21.00 itu anak saya dioperasi," ujar Suwito, Senin (15/7).
"Anak saya cerita, waktu MOS dia ditendang dan perutnya ditonjok. Dia juga menanyakan kondisi temannya [DBJ], 'mati dak kawan aku digebuki' kata anak saya. Sekarang anak saya masih dirawat pemulihan setelah operasi," sambungnya.
Lalu, Suwito didampingi kuasa hukumnya, Firli Darta memutuskan untuk melaporkan kejadian tersebut kepada kepolisian.
DBJ sendiri menjadi korban tewas dalam kegiatan MOS di SMA Taruna Indonesia Palembang. Dalam kasus tersebut, polisi telah menetapkan Obby Frisman Arkataku (24) sebagai tersangka penganiayaan yang menyebabkan DBJ (14) meninggal dunia. Obby merupakan pegawai sekolah yang bertugas sebagai pembina dan pengawas dalam kegiatan MOS di SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia Palembang.
(Stefanus/IDWS)
Sumber dan Foto: CNNIndonesia.com