Dataran Tinggi Dieng dan Beberapa Daerah Lain Alami Suhu Dingin Hingga di Bawah 0 Derajat Celcius
IDWS, Rabu, 26 Juni 2019 - Sejumlah dataran tinggi di Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami cuaca dingin. BMKG menyebut cuaca ekstrim ini kemungkinan akan berlanjut hingga awal September.
Arif Suryojatmiko, warga Solo. Jawa Tengah, merasakan dinginnya suhu di Bukit Sikunir Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah saat berwisata ke sana akhir pekan lalu.
Cuaca dingin di Dieng menyebabkan fenomena embun es. (ANTARA)
Menurut Arif, saat ia tengah menunggu matahari terbit sekitar pukul 05.00-06.00, suhu mencapai -2 hingga -5 derajat celcius. "Nggak cuma kedinginan....Satu badan sudah sampai gemetaran sekali. Sudah ggak bisa anteng," aku Arif dikutip dari BBC News Indonesia.
Arif juga menyaksikan bagaimana embun membeku dan berubah bentuk menjadi butiran es (frost). Pemandu wisata Dieng, Dwie Kurniawan, mengatakan pada malam hari, suhu di Dieng mencapai 8-11 derajat Celcius. Biasanya suhu di dieng berkisar antara 12 derajat Celcius di pagi hari dan 14-17 derajat pada malam harinya.
Dampak hawa dingin dataran tinggi
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo menyebut embun salju dapat merusak jaringan tanaman. "Tanaman kalau kena (embun salju) dapat menjadi busuk," katanya, dikutip dari BBC News Indonesia.
(Antara)
Sementara di Bromo, Winarno mengatakan warga yang juga banyak membudidayakan kentang sudah terbiasa dengan keadaan itu."Mereka yang ada di Tengger sudah biasa-biasa saja karena ada persepsi salju itu nantinya membawa berkah," katanya.
Sementara itu, pemandu wisata Dieng, Dwie Kurniawan, menuturkan bahwa fenomena embun es sangat disukai wisatawan. "Ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang penasaran," ujarnya.
Warga yang tinggal di sekitar Dieng dan Bromo biasanya menghangatkan diri dengan anglo yang berisi arang.
Butiran salju menutupi dedaunan dan pasir di Gunung Bromo. (Detik.com)
Meski begitu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo meminta warga juga wisatawan untuk menjaga kesehatan, terutama dari flu, dalam fase ini.
"Warga cenderung sensitif dengan perubahan yang sifatnya mendadak. Kecenderungannya akan mengurangi daya tahan tubuh," ucapnya dikutip dari BBC News Indonesia.
Para pendaki gunung juga diminta lebih waspada dalam kondisi ini. Ia mengimbau para pendaki untuk membawa jaket dan sarung tangan yang lebih tebal serta peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan.
(Stefanus/IDWS)