Apa Saja Sebenarnya di Balik Kerusuhan 22 Mei?
IDWS, Senin, 27 Mei 2019 - Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta Pusat menyisakan banyak cerita. Kali ini, dilaporkan ada tiga kelompok yang teridentifikasi oleh pihak otoritas: Kelompok preman bayaran, sosok penembak jitu, dan kelompok gerakan radikal, dilansir dari Kompas.com via Program televisi AIMAN dari Kompas TV.
Sejumlah massa tengah menyerang petugas kepolisian dalam bentrokan 22 Mei di Jalan Brigjen katamso, kawasan Slipi, Jakarta, Rabu (22/5/2019). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/ws)
Disebutkan bahwa massa perusuh ini berbeda dengan massa pengunjuk rasa damai di Bawaslu. Pengidentifikasian ketiga kelompok massa perusuh tersebut disampaikan bersama oleh Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian dan Menko Polhukam Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam dalam keterangan pers yang digelar pada Rabu (22/5/2019) sore.
Setidaknya, per hari Minggu lalu, dari ketiga kelompok ini, sejumlah 452 orang sudah ditahan dengan kelompok pertama dan ketiga mendominasi jumlah tersebut. Sedangkan kelompok kedua ditangkap dengan senjata api. Detail peran dari ketiga kelompok masih terus diselidiki oleh polisi, namun dipastikan adanya pergerakan masih yang rapi dan terencana dari ketiganya.
Pergerakan massa perusuh
Dari rekaman CCTV, aksi bakar-bakaran dimulai di kawasan Petamburan, menjelang pukul 23.00 WIB pada 21 Mei 2019. Kerusuhan besar di titik kedua terjadi menjelang pukul 02.00 WIB. Terdeteksi pergerakan massa yang cukup besar di sekitar dua waktu tersebut.
Sejumlah massa Aksi 22 Mei terlibat kericuhan di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5/2019). Aksi unjuk rasa ini dilakukan sebagai respon terhadap hasil rekapitulasi nasional Pemilu 2019. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)
Rekaman CCTV tersebut akan ditayangkan secara eksklusif dalam Program AIMAN pukul 20.00 WIB di Kompas TV, Senin (27/5/2019) malam nanti.
Massa perusuh pertama datang dari Tanah Abang. Informasi tersebut telah dikonfirmasi oleh pihak polisi. Dari penelusuran AIMAN, massa perusuh pertama ini bergerak dari Stasiun Tanah Abang berbondong-bondong menggunakan commuter line, naik dari kawasan Rangkasbitung, Banten. Kereta berangkat dari pukul 20.00 WIB dan tiba di Jakarta pada 22.00 WIB.
Terlihat amplop dibagikan setelah massa tersebut turun, yang diduga berisi uang. Kemudian mereka menyebar ke dua arah, Petambura, Tanah Abang dan Gedung Bawaslu.
Tak berhenti sampai di situ, menjelang pukul 02.00 WIB, Rabu (22/5/2019) ada massa yang dikerahkan di jalur bus Transjakarta, beberapa ratus meter sebelum gedung Bawaslu menaiki mobil ambulans.
Menurut penelusuran program AIMAN, dari rekaman CCTV di dekat salah satu gedung di Jalan MH Thamrin, Jakarta, terlihat amplop-amplop dibagikan setelah massa tersebut turun dari ambulans.
Menariknya, saat amplop dibagikan, sejumlah pemuda lain yang berada di sekitar lokasi terlihat mendekat dan mendapat amplop juga. Setelah menerima amplop, mereka langsung berlari menuju pusat demo di kantor Bawaslu.
Jika kita kembali ke peristiwa 22 Mei, ada kerusuhan besar kedua di depan gedung Bawaslu dan Jalan Wahid Hasyim sekitar pukul 02.00. Lokasi itu berada dalam satu kawasan. Peristiwa itu terjadi persis setelah pengerahan dan pemberian amplop ini. Kedua massa ini masih diselidiki apakah hanya terkait dengan kelompok preman bayaran atau ada kaitan juga dengan kelompok radikal.
Konfirmasi polisi
Program AIMAN mengonfirmasi temuan tersebut ke karopenmas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, yang membenarkannya. "Betul, mereka melakukan pengerahan massa menggunakan ambulans. Ada pula dari massa yang menggunakan kereta api melalui Stasiun Tanah Abang. Oleh karena itu saat kerusuhan, Stasiun Tanah Abang sempat kami tutup untuk memblokadi gerakan mereka," kata Dedi dikutip dari Kompas.com.
Sementara satu kelompok lain yang diduga menggunakan senjata api, memiliki tujuan mencari martir. Kini sebagian dari mereka sudah ditangkap.
Skenario mereka, informasi akan martir tersebut akan disebar lewat media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, dan lain-lain. Penyebaran informasi tersebut nantinya dibumbui kalimat hoaks dan foto mengenaskan untuk memancing emosi massa yang berdemo siang harinya di depan kantor Bawaslu, Jakarta, pada 22 Mei 2019.
Sita senapan serbu militer
Sebelumnya, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian dalam jumpa pers menunjukkan adanya dugaan penyelundupan senjata jenis senapan serbu M4 yang merupakan versi ringkas dari senapan serbu M16 buatan Amerika Serikat.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (tengah) disaksikan Menko Polhukam Wiranto (kiri) dan Kepala KSP Moeldoko (kanan) menunjukkan barang bukti senjata api saat menyampaikan konferensi pers perkembangan pascakerusuhan di Jakarta dini hari tadi, di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5/2019). Menko Polhukam mengatakan Pemerintah sudah mengetahui dalang dari aksi kerusuhan yang terjadi setelah unjuk rasa di depan Bawaslu dan memastikan aparat keamanan akan menindak tegas secara hukum.(ANTARA FOTO/DHEMAS REVIYANTO)
Senapan ini diduga akan digunakan oleh penembak jitu saat aksi 22 Mei untuk menciptakan martir. Beberapa hari sebelumnya, POM TNI juga menangkap seorang prajurit aktif TNI berpangkat prajurit kepala (praka) dan seorang purnawirawan jenderal terkait dugaan penyelundupan dan kepemilikan ilegal senjata api.
"Intelijen kita telah menangkap upaya penyelundupan senjata. Orangnya ini sedang diproses. Tujuannya pasti untuk mengacaukan situasi," ujar Kepala Kantor Staf Presiden Jenderal (Purn) Moeldoko di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (20/5/2019) yang dikutip dari Kompas.com.
Sementara Kapuspen TNI Mayjen Sisriadi mengatakan, pada Senin (20/5/2019) malam Mabes Polri dan POM TNI telah melakukan penyidikan terhadap oknum yang diduga sebagai pelaku. Penyidikan dilakukan di Markas Puspom TNI, Cilangkap. "Hal ini dilakukan karena salah satu oknum yang diduga pelaku berstatus sipil (Mayjen Purn S), sedangkan satu oknum lain berstatus militer (praka BP)."
Apakah ada kaitan di antara penyelundupan senapan serbu M4, penembak jitu, dan penangkapan dua orang di atas? Polisi masih menyelidikinya.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Kompas.com/Aiman Witjaksono