Jepang Sambut Era Baru Reiwa Bersama Kaisar Baru, Kaisar Naruhito
Jepang resmi membuka lembaran baru era kekaisaran Reiwa alias Harmoni yang indah dengan naik takhtanya kaisar baru, Naruhito
IDWS, Kamis, 2 Mei 2019 - Upacara penobatan Naruhito menjadi kaisar Jepang digelar pada Rabu (1/5/2019) atau sehari setelah ayahnya, Akihito, menjadi kaisar pertama yang turun dari takhta secara sukarela dalam sejarah panjang kekaisaran Jepang.
Kaisar baru Jepang, Akihito (depan, tengah) bersama Permaisuri Masako (kanan), Putra Mahkota Akishino dan Putri Mahkota Kiko dalam ritual Kenji-to-Shokei-no-gi, sebuah upacara pewarisan Imperial Regalia atau pusaka keramat serta segel, digelar di Istana Kekaisaran di Tokyo, Jepang pada 1 Mei 2019. (Kyodo/via REUTERS)
Dalam prosesi pengangkatannya, Naruhito mewarisi tiga pusaka misterius Kekaisaran (Imperial Regalia) Jepang dalam sebuah upacara simbolis: cermin Yata no Kagami, pedang Kusanagi no Tsurugi, dan permata Yasakani no Magatama.
Tiga pusaka keramat Kekaisaran Jepang. (Wikipedia)
Kaisar Akihito yang sudah berusia 85 tahun memilih turun takhta pada Selasa (30/4/2019) karena faktor usia dan kesehatan yang menurun, menghambat dirinya menjalankan kewajibannya sebagai kaisar Jepang.
Era kekaisaran baru Reiwa yang menandakan ketertiban dan harmoni, dimulai pada tengah malam waktu setempat dan akan berlangsung selama masa pemerintahan Naruhito.
Mengenal lebih jauh Kaisar baru Jepang, Naruhito
Naruhito adalah kaisar ke-126 Jepang. Ia menuntut ilmu di Universitas Oxford di Inggris dan dinobatkan sebagai putra mahkota pada usia 28 tahun.
Pada sebuah pesta teh tahun 1986, ia bertemu untuk pertama kalinya dengan putri Masako Owada yang kelak menjadi istrinya. Putri Masako yang merupakan warga biasa akhirnya mau menerima lamaran Naruhito setelah sang putra mahkota mengatakan: "Kamu mungkin takut dan khawatir bergabung dengan keluarga kekaisaran. Tetapi aku akan melindungi sepanjang waktu."
Keduanya menikah pada tahun 1993.
Pernikahan Kaisar Jepang Naruhito (waktu itu masih Putra Mahkota) dengan Putri Masako pada 1993. (AFP Photo/Imperial Household Agency)
Putri Masako Owada yang sempat dilaporkan menderita stress, mengakui pada bulan Desember bahwa dirinya merasa "tidak aman" menjadi permaisuri, tetapi berjanji untuk melakukan yang terbaik demi melayani rakyat Jepang. Masako sendiri menempuh pendidikan di Harvard dan Oxford lalu berkarir sebagai diplomat sebelum kemudian menikah.
Putri Aiko, anak tunggal dari pasangan Kaisar Naruhito dengan Permaisuri Masako. ((Kazuhiro NOGI/AFP)
Anak satu-satunya dari pasangan ini, Putri Aiko, lahir pada tahun 2001. Karena hukum Jepang saat ini tak memperbolehkan wanita untuk mewarisi takhta, maka Aiko tidak bisa menjadi penerus bagi ayahnya, Naruhito.
Saudara laki-laki Naruhito, Pangeran Fumihito, berada di urutan penerus takhta berikutnya setelah Kaisar Naruhito, diikuti oleh keponakan sang kaisar, Pangeran Hisahito yang masih berusia 12 tahun.
Seberapa pentingnya monarki Jepang di Negeri Sakura
Kekaisaran Jepang merupakan monarki turun-temurun tertua di dunia, yang sudah dimulai pada tahun 660 Sebelum Masehi. Itu berarti usia dari kekaisaran Jepang sudah mencapai lebih dari 2600 tahun.
Pada awalnya, seorang kaisar di Jepang dianggap sebagai titisan dewa. Akan tetapi ketika Kaisar Hirohito — ayah dari Akihito — secara terbuka meninggalkan keilahiannya pada akhir Perang Dunia II sebagai bagian pengakuan menyerah kalah Jepang dalam perang.
Peran tersebut kemudian didefinisi ulang oleh Kaisar Akihito yang membantu memperbaiki kerusakan reputasi Jepang pasca perang. Ia dikenal karena menghilangkan penghalang antara rakyat dan monarki.
Kaisar Emeritus Akihito dan Permaisuri Emerita Michiko, orangtua dari Kaisar baru Jepang, Akihito. (Kyodo)
Pada tahun 1991, atau dua tahun setelah naik takhta, Akihito dan Permaisuri Michiko melanggar norma-normal tradisi dan berlutut untuk berbicara kepada orang-orang yang terkena dampak letusan gunung berapi di Nagasaki dan terus melakukannya.
Setelah gempa bumi tahun 2011 yang menimbulkan tsunami serta krisis nuklir yang menewaskan ribuan orang di Jepang timur, eks Kaisar Akihito dan permaisurinya dipuji karena mau menghibur para korban yang selamat.
Interaksi pasangan tersebut dengan orang-orang yang menderita penyakit kronis seperti kusta di Jepang juga sangat berbeda dengan kaisar-kaisar Jepang di masa lalu.
Akihito sekarang dikenal sebagai "Joko" yang berarti "Kaisar Agung" atau "Kaisar Emeritus," sedangkan Michiko menjadi "Permaisuri Emerita."
(Stefanus/IDWS)
Sumber: BBC Indonesia