Viral Pelecehan Seksual di Kereta, Petugas KAI Malah Menyalahkan Penampilan Korban
IDWS, Selasa, 30 April 2019 - Sebuah kisah kejadian tidak mengenakkan yang jadi viral di media sosial ini bisa jadi membuatmu kurang nyaman menggunakan moda transportasi kereta api, terutama bagi wanita.
Seorang pengguna Twitter membagikan kisah dirinya dilecehkan oleh penumpang lain yang duduk di sebelahnya saat tertidur dalam perjalanan kereta api dari Jakarta ke Surabaya, dini hari sekitar pukul 2 pagi WIB via Kereta Api Sambrani melansir Tirto. Korban yang diketahui berinisial BN terbangun karena merasa dilecehkan secara seksual oleh seorang penumpang yang duduk di sampingnya.
Kronologi kejadian
Cerita bermula ketika BN, seorang mahasiswi 20 tahun asal Jakarta yang berkuliah di Surabaya pulang menemui keluarganya di ibukota memanfaatkan libur panjang Pemilu 2019. Ia bertolak ke Kota Pahlawan pada Senin (22/4/2019) malam naik Kereta Api Sembrani.
Ketika tengah menonton serial televisi barat untuk mengusir kebosanan, datanglah seorang laki-laki yang belakangan diketahui bernama Ahmad Riyanto (AR) yang duduk di sebelah BN. Pria yang tak dikenali korban itu lalu mengajaknya ngobrol.
"Nanya nama, sekolah, bla bla bla. Ternyata dia kerjanya sama seperti papa saya, kemungkinan juga mereka satu almamater, terus rumahnya juga deket banget sama [rumah] saya," kata BN, Rabu (24/4/2019) mengutip Tirto.
Sepanjang perjalanan, BN dan AR terus mengobrol. "Dia cerita sudah punya istri, punya anak, [dia] kerja di pertambangan. Saya lihat uga wallpaper HP-nya foto anak perempuannya. Dia tanya juga aku sudah punya cowok apa belum, ya aku jawab sudah, anak Bandung," lanjutnya.
Obrolan terus berlanjut hingga BN yang sudah tak kuat menahan ngantuk pun terlelap. Namun sekitar pukul 02.00 WIB, AR melakukan pelecehan seksual kepada BN dan membuatnya takut hingga hanya bisa bersembunyi di balik selimut yang disediakan bagi penumpang.
BN tak tahu apa yang harus ia lakukan, apalagi salah satu tangannya dipegang AR. Dalam keadaan takut dan pasrah itu, BN mengirim pesan kepada teman dan kekasihnya dengan menggunakan tangannya yang masih bebas. Sayangnya mereka masih tidur sehingga tak ada yang membalas.
Kronologi ringkas kejadian diambil dari Twitter BN. (Sumber: Twitter)
Makin panik dan cemas, BN pun berinisiatif mencari bantuan lewat Twitter dan menuliskan kejadian yang menimpanya itu dalam kaliman berantakan alias typo.
"Someoen is sexuakjy assaultung meni dont jnow what to do help fuck," tulis BN di Twitter. Untungnya, cuitan BN itu kemudian dibaca oleh seorang temannya yang kemudian langsung menelepon BN. BN kemudian memberanikan diri untuk pindah tempat duduk dan mengangkat telepon tersebut. Ia lalu melaporkan kepada petugas keamanan kereta. "Awalnya saya takut dicegat [oleh AR]," aku BN.
Petugas keamanan lalu meminta BN pindah ke gerbong restorasi. Di saat yang sama, pelaku menghilang dari kursinya dan bersembunyi di gerbong lain. Namun AR akhirnya bisa ditemukan dan dibawa ke gerbong restorasi oleh petugas.
Di gerbong restorasi tersebut, BN yang menuntut keadilan malah mendapat sindiran sinis dari seorang petugas. "Mbak, yakin mau ngurusin masalah ini? Susah kalau enggak ada bukti," ungkap BN menirukan kalimat petugas itu.
Mendengar perkataan petugas itu, BN makin berang dan meminta pelaku dibawa ke proses hukum. Namun petugas tetap tak menuruti permintaannya lantaran pelaku memilih turun di Cepu meski tujuan aslinya adalah Bojonegoro.
Setelah pelaku turun, para petugas meminta BN kembali ke gerbong aslinya. Lantaran trauma, ia memilih tetap tinggal di gerbong restorasi. Bukannya merasa aman, ia malah mendapat pelecehan verbal dari seorang petugas.
"Dia bilang ke saya, 'ah biasalah mbak, namanya juga cowok. Mending kita omongin baik-baik, dia pelanggan, saya harus jaga privasinya. Lagi pula, mbaknya lagian terlihat seperti anak karokean, bukan anak baik-baik, jelas, aja, dia, berani,'" ungkap BN menirukan petugas tersebut.
Reaksi PT KAI
Menanggapi kasus pelecehan seksual yang menimpa BN dan reaksi petugas keamanan kereta api, Vice President Public Relation PT Kereta Api Indonesia, Edy Kuswoyo mengaku sudah tahu kasus pelecehan terhadap BN. Ia menyebut PT KAI sudah menghubungi BN untuk menanyakan kronologi kejadian tersebut.
(Sumber: Twitter)
"Sifatnya kami menyelesaikan bersama, kami meminta keterangan dari korban dan pelaku, dan yang terjadi sekarang ini juga antara korban dan pelaku sudah saling memaafkan dan berdamai dengan disaksikan kondektur dan petugas di Kereta Api," klaim Edy dikutip dari Tirto.
Edy juga meminta maaf kepada BN atas pelecehan verbal dan pelayanan yang kurang baik dari petugas keamanan kereta api. Ia berjanji mengevaluasi petugas yang berdinas saat itu. Terkait dengan proses hukum, Edy menyebut, PT KAI menyerahkan urusan tersebut kepada korban sebab kapasitas PT KAI hanya membantu mediasi antara korban dan pelaku.
"Kalau misalnya korban meminta turun di perjalanan dan langsung diproses hukum, ya, tidak masalah. Kereta api, kan, hanya sebagai saksi. Petugas yang di kereta api itu hanya menjadi saksi," ucap Edy.
Saat disinggung soal beda penanganan terhadap pelaku pelecehan seksual dan perokok yang langsung diturunkan di stasiun terdekat, Edy berdalih, merokok adalah perbuatan yang kasatmata.
"Kalau pelecehan seksual itu, kan, yang tahu hanya korban dan pelaku," ucapnya. Sementara itu, BN mengaku masih tak terima dengan mekanisme damai yang dilakukan petugas di atas kereta. Ini karena AR bukan diturunkan petugas, melainkan inisiatif AR sendiri.
"Pelaku dibebasin, kata security-nya, asalkan enggak diulangi. Saya enggak terima, tapi saya bisa apa?” tutur mahasiswi Arsitektur semester 4 itu.
(Sumber: Twitter)
BN juga mengkritik petinggi PT KAI karena dianggap menyepelekan kesalahan bawahannya.
Maraknya pelecehan seksual di ruang publik
Respons petugas KAI yang cenderung sinis dan malah menyalahkan korban disesalkan aktivis perempuan, Tunggal Pawestri. Ia geram dengan cara petugas menangani dan menyebutnya sebagai kegagapan lantaran tidak ada prosedur standar dalam penanganan kasus pelecehan seksual.
"Harusnya punya prosedur supaya perempuan merasa aman, padahal perempuan melakukan perjalanan sendiri itu, kan, banyak sekali. Kalau punya SOP, kan, tinggal dia mau diproses di mana, dikasih lembaran pengaduan, ada enggak lembaran pengaduan dari PT KAI itu?" kata Tunggal dikutip dari Tirto.
Tunggal menilai pemerintah juga kurang memperhatikan perlindungan perempuan, khususnya di transportasi publik. Meski kasus pelecehan seksual marak terjadi, tapi tak ada perubahan signifikan yang dilakukan pengurus jasa transportasi. Ia pun menuntut penyedia jasa transportasi agar membentuk SOP untuk memberi ruang aman bagi penumpangnya.
"Kalau dalam hal ini pengurus, penyedia jasa tidak punya perhatian seperti ini, mau berapa lagi perempuan jadi korban?" tutur Tunggal.
(stefanus/IDWS)
Sumber: Tirto