12 Petugas KPPS Jawa Barat Gugur Dalam Tugasnya Menjalankan Pemilu 2019
IDWS, Sabtu, 20 April 2019 - Korban jiwa terkait Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 terus bertambah. Kali ini, 12 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Jawa Barat dikabarkan meninggal dunia. Melansir dari Kompas.com, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Barat Rifqi Alimubarok mengatakan, terlalu lamanya waktu penghitungan jadi sebab utama tragedi tersebut.
"Ada 12 orang di sembilan kota/kabupaten di Jawa Barat," ungkapnya pada Sabtu (20/4).
Rifqi menambahkan, para petugas KPPS kelelahan lantaran rata-rata penghitungan suara baru selesai pukul 05.00 pagi. Apalagi, para petugas sebelumnya mesti begadang untuk menyiapkan TPS dan logistik.
"Berdasarkan hasil pantauan di lapangan rata-rata itu selesai jam 5 pagi, bahkan ada yang berlanjut sampai jam 12 siang. Karena belum selesai menyalin hasil formulir yang cukup banyak. Dan itu kan tanpa jeda, apalagi kemudian mereka kebanyakan mempersiapkan TPS di H-1 jadi, otomatis kan kelelahan," ungkap Rifqi pada Sabtu (20/4) dikutip dari Kompas.com.
Ketua KPU Jabar Rifqi Ali Mubarok di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Sabtu (20/4). (Foto: Kompas.com/DENDI RAMDHANI)
Menurutnya, masih banyak pula petugas yang terbaring sakit setelah pemungutan suara. Hingga saat ini ia masih melakukan pendataan terkait hal tersebut.
"Kan ada lima jenis pemilihan, berarti lima jenis formulir C1. Itu banyaknya item hampir 20-30 lembar. Kali saksi 16 partai, kali DPD, tambah pengawas TPS untuk Bawaslu. Jadi komplit semua misalkan ada 50 set manual," tambah Rifqi. Ia menjelaskan, proses perekrutan petugas telah dilakukan sesuai prosedur. Hanya saja banyak warga yang enggan menjadi petugas KPPS lantaran honor tak sebanding.
Mayoritas karena kelelahan
Dalam keterangan KPUD Jabar, di Kabupaten Purwakarta terdapat dua petugas meninggal dunia atas nama Deden Damanhuri (46) warga Kp. Sukalaksana RT 03 RW 02 Cipeudeuy Bojong Kabupaten Purwakarta dan Carman (45) warga Kp. Gardu RT 01 RW 01 Desa Gardu Kiarapedes Purwakarta.
Deden yang bertugas di TPS 03 meninggal karena pecah pembuluh darah, sedangkan Carman yang bertugas di TPS 01 diduga meninggal karena kondisi badan lemah.
Di Kabupaten Bandung, seorang ketua KPPS di TPS 04 bernama Indra Lesmana (28) meninggal. Warga Kampung Sindangsari, Desa Banjaran Kulon, Kecamatan Banjaran itu mengeluh merasa mual sebelumnya.
Lalu Ahmad Salahudin, warga Kelurahan Kranji, Bekasi Barat, meninggal setelah tertabrak truk. Ahmad diketahui bertugas di TPS 081 sekaligus merupakan ketua KPPS setempat.
Sementara itu, dua orang di Kabupaten Tasikmalaya juga dilaporkan meninggal setelah melaksanakan tugas. Keduanya antara lain H. Jeje di TPS 02 (Ketua KPPS) meninggal karena efek kecapaian di TPS dan punya riwayat penyakit jantung.
Satu lainnya bernama Supriyanto di TPS 11 (Ketua KPPS) meninggal karena kelelahan.
Meninggal karena diduga kelelahan dialami Nana Rismana, petugas TPS 04 Kabupaten Kuningan.
Di Kabupaten Bogor, petugas KPPS TPS 09 yang meninggal bernama Jaenal (56), warga Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk. Jaenal meninggal karena kelelahan saat mengambil logistik di gudang penyimpanan.
Sedangkan di Kabupaten Karawang, petugas TPS 04 yang diketahui bernama Yaya Suhaya, warga Desa Cilewo, Kecamatan Telagasari, juga meninggal karena kelelahan.
Petugas TPS 4, Tatang Sopandi (48), warga Jalan Dwikora, Kelurahan Warudoyong, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, meninggal setelah beberapa hari membantu sorlip di gudang logistik KPU. Almarhum sempat demam sebelum meninggal dunia.
Sedangkan di Kabupaten Sukabumi, ada dua petugas yang meninggal karena kelelahan, yakni petugas TPS 18 atas nama Idris Hadi (64), warga Kampung Cipamutih, Desa Munjul, Kecamatan Ciambar, dan petugas PAM TPS atas nama Usman Suparman, warga Kampung Selawi, Desa Warnasari.
Tidak ada santunan
Disinggung soal santunan, Rifqi mengaku KPU Jabar tak memiliki anggaran untuk itu. Sebab itu, ia pun meminta bantuan dari Pemprov Jabar agar memberikan uang bantuan bagi para keluarga yang ditinggalkan.
"Itu agak susah, itu kan tidak mengenal santunan. Bahkan tadi kita sudah koordinasi dengan pemerintah provinsi, akhirnya kita upayakan ada santunan. Jadi selesai semua proses pemilu, kita akan mendata semua yang kena musibah meninggal, baik di tingakt TPS, kelurahan atau kecamatan," jelasnya.
Berkaca dari kejadian itu, Rifqi berharap pemerintah pusat menaikan honor para petugas KPPS. Ia beralasan, tugas sebagai petugas KPPS sangat menguras energi dan punya beban tanggung jawab yang besar.
"Pertama, kita berharap honor penyelenggara itu harus diperhatkan. Ini kan tidak berbadning dengan pekerjaannya. Dan kita bersyukur masih ada yang mau jadi petugas KPPS, punya beban kerja cukup luar biasa, dengan honor yang terbatas. Coba bayangkan, banyak orang gak mau jadi petugas KPPS gak akan jadi pemilu," kata Rifqi.
(stefanus/IDWS)
Sumber: Kompas.com / CNN News Indonesia