Calon Pendeta Diperkosa Lalu Dibunuh, Murid Korban Yang Masih Berusia 9 Tahun Jadi Saksi Kunci
IDWS, Rabu, 27 Maret 2019 - Melindawati Zidemi (24), seorang calon pendeta di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, ditemukan tewas tanpa busana oleh warga di kebuh sawit PT Persada Sawit Mas (PSM), OKI, Selasa (26/3) pagi.
Melinda merupakan calon pendeta yang bertugas di Sungai Baung, Desa Bukit Batu, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten OKI. Mengutip CNNIndonesia.com, polisi menyebut wanita malang itu lebih dulu diperkosa sebelum kemudian dibunuh. Polisi saat ini masih mengejar pelaku.
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) OKI, Ajun Komisaris Besar (AKB) Donny Eka Syaputra menyebut pihaknya telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan segera melakukan pemeriksaan saksi. Sedangkan jenazah korban dievakuasi ke RS Bhayangkara untuk autopsi.
Korban perkosaan dan pembunuhan, Melindawati Zidemi. (Foto: Kolase Tribun Manado)
Menurut penjelasan Donny, peristiwa bermula ketika korban bersama seorang saksi, NPR (9) pergi ke pasar mengendarai sepeda motor pada hari Senin (25/3) sekitar pukul 17.00. Saat hendak pulang, jalak setapak yang mereka lalui rupanya terhalang balok kayu. Saat korban turun untuk menyingkirkan balok kayu tersebut, datang dua pelaku dengan wajah tertutup kain sarung menghampiri korban.
"Dua pelaku menyeret Melinda dan NPR ke kebun sawit kemudian dicekik dan tangan diikat. NPR pingsan dan dibuang ke semak-semak. Sementara korban Melinda diduga diperkosa dulu sebelum tewas dicekik," ujar Donny pada Selasa (26/3). Jenazah korban ditemukan warga yang mencari keberadaan keduanya.
"Sedangkan NPR mengalami trauma dan luka memar di leher bekas cekikan. Pelakunya masih dalam penyelidikan," lanjut Donny.
Akan menikah Bulan Juni nanti dan kesaksian NPR
Ironisnya, Melinda diketahui tengah merencanakan pernikahannya pada Juni 2019 nanti. Hal ini dibeberkan oleh Arisman Manai, rekan sesama vikaris di Gereja Kristen Injil Indonesia (GKKI) saat ditemui di Instalasi Forensik RS Bhayangkara Palembang, Selasa (26/3), dilansir dari CNNIndonesia.com.
Melindawati Zidemi semasa hidup. (Foto: kronologi.id)
Arisman menjelaskan bahwa sebelum kejadian, Melinda dan NPR yang merupakan murid Melinda, pergi ke Pasar Jeti. Namun hingga malam keduanya tak kunjung pulang hingga membuat seluruh penghuni gereja cemas. "Kami khawatir, biasanya setelah ke pasar sore sudah pulang ke gereja. Kami mulai mencari di sekitar kawasan gereja. Tapi pukul 23.00, NPR pulang jalan kaki, kondisinya ketakutan. Punggungnya banyak luka goresan seperti diseret."
NPR menceritakan apa yang menimpa dirinya dan Melinda. Bocah kecil tersebut mengaku motor yang mereka kendarai terhalang balok kayu besar. Saat hendak turun meminggirkan batang kayu tersebut, mereka disergap oleh dua orang pelaku berpakaian hitam dan menutup wajahnya menggunakan kain sarung.
NPR dan Melinda disekap, tangan dan kaki mereka diikat oleh karet ban dalam. Satu orang pelaku membawa Melinda, sementara satu pelaku lainnya mencekik NPR hingga pingsan. Setelah pingsan, NPR dibuang oleh salah satu pelaku ke semak-semak. Malam hari, NPR baru sadarkan diri.
Tangis keluarga almarhum Melindawati Zidemi di depan Rumah Sakit Bhayangkara, Selasa (26/3). (Foto: SHINTA/TRIBUNSUMSEL.COM)
"Sepertinya mereka niat membunuh NPR. Tapi dia hanya pingsan saat dicekik. Malam dia baru sadar, lihat Melinda sudah meninggal, makanya NPR lari ke gereja memberitahu kami. Mungkin dapat mukjizat dari Tuhan ternyata ikatan tangan NPR lepas jadi bisa kabur ke gereja," ujar dia.
Usai NPR tiba di gereja dan memberitahukan kondisi Melinda, jemaat gereja pun segera mencari jenazah Melinda di sekitar lokasi. Berjarak 300 meter dari sepeda motor yang dikendarainya, Melinda ditemukan tak lagi bernyawa dengan kondisi tidak mengenakan celana dan pakaiannya terbuka.
Tangan dan kaki Melinda dalam kondisi terikat karet ban dalam dan di leher korban ada bekas jeratan.
"Motornya masih ada, tidak diambil oleh pelaku. Tapi ponselnya hilang. NPR sekarang masih trauma, setiap diajak ngobrol dia nangis," kata Arisman.
Sementara itu Kabid Humas Polda Sumsel Komisaris Besar Supriadi berujar, penyidik Polres OKI sudah melakukan olah TKP dan akan melakukan pemeriksaan terhadap NPR sebagai saksi kunci.
"Kita tunggu dulu kondisi saksi stabil, apalagi masih anak-anak, sangat rentan," ujar dia.
Berdasarkan keterangan sementara dari NPR, pelaku berjumlah dua orang berperawakan kurus dan menyamarkan wajah dengan menutupinya menggunakan kain sarung warna hitam.
"Kita masih kembangkan kasusnya dan kita buru dua pelaku ini yang sementara masih buron. Motif belum diketahui," ujar dia.
(Stefanus/IDWS)