Rusia Larang Ekspor Lebih dari 200 Produknya ke Luar Negeri, Jawaban Bagi Sanksi Ekonomi Barat
Rusia melawan balik sanksi ekonomi dari pihak Barat dengan memberlakukan larangan ekspor terhadap lebih dari 200 produknya hingga akhir 2022.
IDWS, Jumat, 11 Maret 2022 - Larangan ekspor itu berlaku untuk berbagai produk, di antaranya seperti telekomunikasi, perlengkapan medis, kendaraan, agrikultur, hingga perlengkapan elektronik dan produk-produk perhutanan seperti kayu.
Melansir laporan BBC, keputusan tersebut bisa disusul dengan larangan bagi kapal-kapal asing keluar dari pelabuhan-pelabuhan Rusia.
Larangan ekspor itu merupakan jawaban Rusia bagi negara-negara yang "telah melakukan aksi-aksi tidak bersahabat" terhadap mereka usai Vladimir Putin memerintahkan invasi militer ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Sekedar informasi, Rusia merupakan salah satu negara eksportir terbesar di dunia, baik produk jadi maupun bahan mentah karena negara itu sangat kaya akan sumber daya alam, terutama minyak dan gandum yang merupakan dua produk esensial bagi banyak negara terutama negara-negara Eropa.
Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat dia berbicara selama konferensi pers bersama dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz setelah pembicaraan mereka di Kremlin di Moskow, Rusia, Selasa, 15 Februari 2022. (Kompas.com/AP PHOTO/SERGEY GUNEEV)
Larangan ekspor Rusia ini diperkirakan akan memengaruhi perekonomian dari 48 negara termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa. Dan tentunya, berpengaruh secara tidak langsung ke negara-negara lain termasuk Indonesia.
Sebelumnya, pihak Barat (AS dan Uni Eropa) telah lebih dulu memberlakukan sanksi terhadap perekonomian Rusia dengan larangan membeli minyak dari Rusia, memutus akses bank-bank beasr Rusia terhadap SWIFT, hingga membekukan aset-aset oligarki yang dicurigai dekat dengan Vladimir Putin.
Banyak perusahaan-perusahaan dan investor asing telah beranjak pergi dari Rusia atau memutus investasinya di sana. Beberapa di antaranya adalah Sony, Unilever, Goldman Sachs, Rio Tinto, Starbucks, hingga Caterpillar. Pemerintah Rusia pun kemudian meloloskan legislasi untuk mengambil alih aset-aset yang ditinggalkan perusahaan-perusahaan asing yang meninggalkan mereka.
Dengan keputusan larangan ekspor serta nasionalisasi aset-aset perusahaan asing tersebut, Rusia sepertinya bertekad untuk terus melawan oposisi Barat dan ingin berdiri lebih mandiri secara ekonomi agar tidak terlalu tergantung pada ekspor.
Melihat bagaimana konflik di Ukraina tidak kunjung usai, maka jalan Rusia menuju isolasi semakin terbuka dan ini akan menjadi tonggak sejarah pergantian besar di era modern. Apakah konsekuensinya baik atau buruk bagi dunia, hanya waktu yang bisa menjawabnya. Yang jelas, keseimbangan geopolitik dunia mulai goyah dan itu akan membawa dampak besar bagi umat manusia jika benar-benar ambruk.
(stefanus/IDWS)
Sumber: BBC