AS Jatuhkan Sanksi Ekonomi ke Rusia, Ribuan Pasukan AS Diperintahkan Bergerak
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, merespon invasi Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022) kemarin dengan sanksi-sanksi baru yang disebut lebih berat dari sebelumnya.
IDWS, Jumat, 25 Februari 2022 - Tak hanya sanksi ekonomi saja, Biden juga telah memerintahkan mobilisasi sekitar 7.000 tentara AS ke Jerman dan mendeklarasikan bahwa AS tidak akan tinggal diam melihat perbuatan Rusia.
Joe Biden juga mengakui bahwa invasi Rusia ke Ukraina dan juga upaya untuk menentang Vladimir Putin memiliki dampak ekonomi terhadap AS. Meski begitu ia menjamin kepada publik AS bahwa "rasa sakit" secara ekonomi yang akan dirasakan Negeri Paman Sam itu tidak akan berlangsung lama.
Rusia merupakan negara produsen minyak terbesar ketiga di dunia menurut pendataan tahun 2020 dengan produksi mencapai 10,5 juta barel per hari. Sanksi ekonomi terhadap Rusia ini berpotensi memicu kenaikan harga minyak dunia yang dampaknya akan dirasakan secara langsung oleh rakyat AS maupun negara-negara di penjuru Bumi.
"Dia (Vladimir Putin) tengah menguji tekad dari Barat untuk mengetahui apakah kita akan bersatu. Dan kita tetap akan bersatu," kata Biden pada Jumat (25/2/2022) seperti dilansir dari laporan AP News.
Presiden AS, Joe Biden, membicarakan invasi Rusia ke Ukraina dalam pidatonya di Gedung Putih pada 24 Februari 2022. (Foto: AP Photo/Alex Brandon)
Sanksi baru yang dipersiapkan AS kali ini adalah pemblokiran aset-aset milik bank-bank terbesar di Rusia, menyudutkan kebutuhan teknologi canggih Rusia lewat kontrol eksport, dan sanksi terhadap bisnis-bisnis para oligarki Rusia.
Meski begitu Biden juga dikritik karena belum memutus akses Rusia terhadap Sistem Perbankan Internasional SWIFT.
SWIFT yang berpusat di Belgia, memungkinkan dieksekusinya jutaan transaksi antar bank, pertukaran mata uang, serta institusi-institusi keuangan lainnya. Sistem ini sangat vital bagi perekonomian dunia karena mempercepat proses transaksi lintas negara secara signifikan dan memperlancar aliran dana ke perekonomian dunia.
Salah satu contoh negara yang akhirnya bertekuk lutut karena kehilangan akses ke SWIFT adalah Iran, di mana diputusnya akses atas mandat dari AS membuat Iran akhirnya bersedia bernegosiasi untuk menghentikan program nuklirnya.
Meski begitu kabinet pemerintahan Joe Biden menunjukkan keengganannya memutus akses Rusia terhadap SWIFT, karena hal itu akan berdampak sangat luas terhadap perekonomian dunia dan berpotensi semakin menjatuhkan perekonomian negara-negara Barat yang tengah berusaha bangkit dari teror pandemi COVID-19, termasuk AS.
(stefanus/IDWS)
Sumber: AP News