Karakter Joker Disebut Bisa Dilarang di TV dan Bioskop Jepang, Membuat Netizen Jepang Berang
Dua insiden kriminal yang terjadi di jalur kereta Tokyo, Jepang, belum lama ini membuat sosok karakter fiktif Joker kembali jadi pergunjingan di Negeri Sakura.
IDWS, Sabtu, 13 November 2021 - Pada malam Halloween 31 Oktober 2021 lalu, nuansa festival khas Halloween berubah menjadi menyeramkan ketika seorang pria bernama Kyota Hattori (24) mencoba membakar gerbong kereta serta melukai beberapa penumpang, termasuk menusuk seorang penumpang berusia lanjut di bagian dada.
Pria itu berpakaian ala Joker, serta mengaku kepada polisi bahwa ia ingin membunuh agar mendapat hukuman mati karena "Saya ingin menjadi seperti Joker".
Tindak kriminal yang ia lakukan kemudian menginspirasi kejahatan serupa pada 8 November 2021, kali ini pelakunya adalah seorang pria berusia 69 tahun dan meski tidak berpenampilan seperti Joker, ia mengaku terinspirasi oleh tindak kriminal yang dilakukan Hattori sebelumnya.
Menanggapi dua insiden tersebut, sebuah sumber dari industri pertelevisian Jepang mengatakan kepada Tokyo Sports bahwa ada kemungkinan bahwa karakter Joker tidak akan muncul lagi di layar kaca maupun layar lebar Jepang untuk seterusnya, melansir laporan dari Soranews24.
Sumber yang tak disebut identitasnya itu menunjuk adegan di mana karakter Joker yang diperankan Joaquin Phoenix membunuh tiga orang di gerbong kereta, yang dipercaya sebagai pemicu dari aksi nekat Kyota Hattori serta kemudian diulang lagi oleh pelaku lainnya.
Bahkan sebelum insiden yang melibatkan Hattori, telah terjadi kasus penusukan di sebuah kereta di Tokyo pada 6 Agustus 2021.
Akibat pemberitaan tersebut, banyak orang Jepang yang bereaksi negatif lewat dunia maya terhadap kemungkinan hilangnya karakter Joker dari televisi maupun bioskop di Jepang.
Berikut ini tanggapan-tanggapan dari netizen Jepang terkait pemberitaan tersebut menurut pantauan Soranews24:
"Film bukanlah masalahnya."
"Jangan menyalahkan filmnya untuk apa yang dilakukan para penjahat."
"Ini seperti menyerah kepada teroris bukan?"
"Jika begitu caranya, sama saja dengan tidak bisa membuat film apapun karena takut seseorang akan salah paham terhadap karakter-karakternya."
"Menurut saya pemberitaan konstan dari media merupakan masalah yang lebih besar daripada filmnya."
Ada juga yang berkomentar bahwa hal itu tidak masalah karena masyarakat Jepang masih bisa menikmati film dari platform selain televisi atau layar lebar.
Meski begitu, tayangan televisi sangat populer di Jepang sehingga dilarangnya suatu karakter muncul di sana akan sangat berdampak dari segi komersial.
Menariknya, dari seluruh komentar yang dipantau oleh Soranews24 yang mendukung film Joker, tidak ada yang membahas pentingnya dukungan terhadap kesehatan mental yang merupakan inti masalah dari film tersebut. Ironis.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Soranews24