Sempat Ketiduran di COP26, Joe Biden Dituduh Donald Trump 'Tidak Peduli dengan Pemanasan Global'
Mantan presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengejek presiden AS penerusnya, Joe Biden, yang tampak menutup mata selama beberapa saat dalam Konferensi Perubahan Iklim (COP26) PBB di Glasgow, Skotlandia.
IDWS, Selasa, 2 November 2021 - Duduk dalam COP26 yang diprakarsai oleh PBB pada Senin (1/11/2021), Joe Biden nampak sempat menutup kedua matanya selama kurang lebih 30 detik sebelum kemudian seorang ajudan "membangunkannya", menurut laporan New York Post pada Selasa (2/11/2021).
Joe Biden tertangkap kamera sempat memejamkan mata sebelum kemudian "dibangunkan" oleh ajudannya saat menghadiri COP26 di Glasgow, Senin, 1 November 2021. (New York Post)
Kejadian itu berlangsung ketika aktivist disabilitas Eddie Ndopu tengah berpidato mengenai ancaman pemanasan global yang mengancam "kemampuan manusia untuk menghasilkan makanan dan bahkan untuk bertahan hidup".
Donald Trump yang kalah dari Joe Biden dalam pemilu AS 2020 lalu menyindir Biden dengan menuduhnya tidak benar-benar peduli terhadap ancaman pemanasan global.
Donald Trump tuduh Joe Biden tidak tertarik akan resiko pemanasan global. (AP Photo/Ross D. Franklin)
"Bahkan (Joe) Biden pun tidak betah mendengarkan hoaks mengenai pemanasan global, hoaks terbesar ke-7 di Amerika, diikuti oleh pemilu AS 2020, Russia, Russia, Russia, Ukraina, Ukraina, Ukraina, hoaks pemakzulan #1, pemakzulan #2, dan tentunya, temuan 'No Collision' dari Laporan Mueller," tulis Donald Trump dalam sebuah email blast, seperti dilansir dari New York Post.
"(Joe) Biden pergi ke Eropa, mengatakan bahwa pemanasan global adalah prioritas tertinggi, dan kemudian tertidur, semua orang di dunia bisa melihatnya, di konferensi itu sendiri. Tidak ada orang yang benar-benar antusias dan percaya akan suatu subyek malah tertidur (saat membahas subyek tersebut)," tambah Trump.
Joe Biden sendiri dilaporkan mendorong paket konsumsi sosial sebesar USD 1,75 triliun di mana USD 555 miliar di antaranya ditujukan untuk sektor lingkungan,
(Stefanus/IDWS)
Sumber: New York Post