Tragedi Lari Marathon di China Tewaskan 21 Pelari Karena Cuaca Ekstrim
21 orang dilaporkan tewas dalam lari marathon di China akibat cuaca ekstrim dan memicu kemarahan publik China.
IDWS, Senin, 24 Mei 2021 - Marathon sejauh 100 kilometer itu digelar di provinsi Gansu dan dimulai pada Sabtu (22/5/2021) dari tepi Sungai Kuning. Rute marathon itu sendiri akan membawa para pelari melewati perbukitan dan ngarai yang memenuhi daratan kering di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan air laut.
Marathon dimulai pada pukul 09.00 pagi waktu setempat di mana para pelari hanya mengenakan t-shirt dan celana pendek.
Malapetaka dimulai pada Sabtu sore ketika badai yang membawa air hujan yang sangat dingin menerpa sebuah seksi pegunungan yang jadi bagian dari marathon tersebut, menyebabkan suhu turun drastis.
Regu penyelamat berjuang di suhu dingin mencapai 6 derajat Celcius serta terhalang tanah longsor dan hujan lebat di lokasi marathon tragis di Baiyin, Provinsi Gansu, China. (REUTERS)
"Hujannya makin deras," kata Mao Shuzi, salah satu peserta marathon yang saat itu sempat menempuh jarak 24 km sebelum akhirnya berhenti. Kedinginan, Shuzi memilih kembali sebelum mencapai seksi daratan tinggi karena pernah mengalami hipotermia.
"Awalnya saya sempat sedikit menyesal, berpikir bahwa mungkin itu hanya hujan lewat, namun ketika saya melihat betapa kencang angin dan hujan yang turun lewat kaca jendela hotel, saya merasa beruntung telah mengambil keputusan untuk kembali," akunya seperti dilansir dari Reuters.
"Saat itu sangat panas sehari sebelum marathon, dan meski ramalan cuaca mengatakan bahwa akan ada angin dan hujan sedang di Baiyin pada Sabtu, semua orang percaya bahwa hujan dan angin tersebut tidak akan sekencang yang dibayangkan," tambah Mao.
Seorang peserta marathon tragis di Baiyin, Provinsi Gansu, China, tengah menerima perawatan medis. (REUTERS)
Sebelum marathon dimulai, Badan Meteorologi dan Klimatologi China meramalkan bahwa wilayah Baiyin — termasuk Jingtai, akan diterpa angin berkekuatan sedang hingga kencang mulai dari Jumat (21/5/2021) hingga Sabtu keesokan harinya.
Laporan terpisah dari website prediksi cuaca provinsi di China memprediksi pada Kamis (20/5/2021) bahwa wilayah Gansu — termasuk Baiyin, akan mengalami penurunan suhu yang signifikan.
Dengan semakin menggilanya angin dan hujan, sebuah operasi penyelamatan masif pun diluncurkan yang melibatkan lebih dari 1.200 penyelamat yang dilengkapi thermal-imaging drones, radar, dan perlengkapan bongkar seperti dilaporkan oleh media lokal.
Operasi penyelamatan semakin dipersulit oleh tanah longsor menurut pengakuan pihak berwajib dari Baiyin.
Regu penyelamat membawa tandu untuk ke titik-titik marathon tragis yang menewaskan 21 orang di Provinsi Gansu, China. (REUTERS)
Total, 172 orang mengikuti marathon tersebut dan pada Minggu (23/5/2021), 151 partisipan dipastikan selamat sedangkan sisanya ditemukan tewas. Korban tewas terakhir ditemukan pada pukul 09.30 waktu setempat dan membuat jumlah korban tewas mencapai 21 orang.
Kematian mereka disinyalir karena suhu yang sangat rendah, mencapai 6 derajat Celcius, serta hembusan angin kencang yang sangat dingin.
Publik marah
Kematian 21 peserta marathon memicu kemarahan publik di China di sosial media, di mana pihak pemerintahan Baiyin jadi sasaran kemarahan mereka karena dituding kurang dalam menyiapkan rencana untuk kondisi darurat.
Mereka mempertanyakan kenapa pemerintah setempat tidak membaca atau tidak menghiraukan ramalan cuaca dan memilih tetap memulai marathon. Tragedi kematian 21 pelari itu disebut sebagai "malapetaka ciptaan manusia".
Para pejabat di Baiyin pun meminta maaf dengan menundukkan kepala dalam ebuah siaran berita, mengatakan bahwa mereka turut berduka atas kematian tragis para pelari tersebut dan mengaku bahwa pemerintah setempat patut untuk disalahkan.
Dari percakapan di grup WeChat (WhatsApp-nya China) para pelari di mana Mao Shuzi juga bergabung, disebutkan bahwa banyak pelari dalam marathon tragis itu mengalami hipotermia dan kehilangan arah karena angin dan hujan lebat. Bahkan sebagian kecil ditemukan tidak sadarkan diri dan mengeluarkan busa dari mulut mereka.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Reuters