Tewas Setelah Ditangkap Junta, Beberapa Organ Dalam Tubuh Penyair Myanmar Hilang
Penyair Myanmar Khet Thi, yang karyanya vokal menyuarakan perlawanan terhadap junta yang berkuasa, meninggal dalam tahanan pada Minggu malam (9/5/2021).
IDWS, Senin, 10 Mei 2021 - Jasadnya dilaporkan dikembalikan ke keluarga. Tapi organ tubuhnya tidak lengkap menurut pihak keluarganya seperti yang diberitakan Kompas.com melansir Guardian pada Senin (10/5/2021).
Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar atas kematian Khet Thi. Dalam tulisan di halaman Facebook sang penyair berusia 45 tahun itu sebelumnya dia menulis: "Mereka menembak di kepala, tetapi mereka tidak tahu revolusi ada di hati."
Istri Khet Thi mengatakan keduanya dibawa untuk diinterogasi pada Sabtu (8/5/2021) oleh tentara bersenjata dan polisi di pusat kota Shwebo, di wilayah Sagaing. Kota itu merupakan salah satu pusat perlawanan terhadap kudeta, yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
After death of poet Khet Thi, @aapp_burma says at least 780 civilians have been killed by the Myanmar junta’s forces since the coup. It says 3,826 are still detained #WhatsHappeninglnMyanmar pic.twitter.com/LinTNgZtHl — Matthew Tostevin (@TostevinM) May 9, 2021
“Saya diinterogasi. Begitu pula dia. Mereka bilang dia ada di pusat interogasi. Tapi dia tidak kembali, hanya tubuhnya," istrinya, Chaw Su, mengatakan kepada BBC dalam bahasa Burma.
Menurutnya, militer Myanmar sempat meneleponnya pagi hari (Senin). Dia diminta menemui suaminya di rumah sakit di Monywa. “Saya pikir itu (rumah sakit) hanya untuk patah lengan atau semacamnya… Tapi ketika saya tiba di sini, dia berada di kamar mayat dan organ dalamnya diambil,” katanya.
Dia diberitahu rumah sakit bahwa suaminya memiliki masalah jantung. Tetapi Chaw Su tidak mau repot-repot membaca sertifikat kematian karena dia yakin itu tidak benar. Reuters tidak dapat menghubungi rumah sakit untuk memberikan komentar. Chaw Su berkata bahwa tentara Myanmar berencana menguburkan Khet Thi. Tetapi dia memohon kepada mereka untuk mengambil jenazah suaminya. Dia tidak mengatakan bagaimana dia tahu organ suaminya telah diambil.
Penyair Myanmar Khet Thi, yang karyanya vokal menyuarakan perlawanan terhadap junta yang berkuasa, meninggal dalam tahanan pada Minggu malam (9/5/2021). (RO NAY SAN LWIN via TWITTER)
"Dia meninggal di rumah sakit setelah disiksa di pusat interogasi," kata kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik.
Dalam sebuah buletin, kelompok tersebut mengatakan jumlah warga sipil Myanmar yang tewas sejak kudeta mencapai 780. Kelompok yang memantau rincian pembunuhan ini, tidak mengidentifikasi sumber informasinya. Khet Thi setidaknya adalah penyair ketiga yang tewas selama protes sejak kudeta 1 Februari. Penyair K Za Win, (39 tahun) ditembak mati selama protes di Monywa pada awal Maret.
Tokoh budaya dan selebriti telah menjadi pendukung utama perlawanan terhadap kudeta. Sementara protes setiap hari terus digelar di berbagai bagian negara Asia Tenggara itu, meskipun terjadi pembunuhan dan ribuan penangkapan. Khet Thi adalah seorang insinyur sebelum berhenti dari pekerjaannya pada 2012. Dia saat itu memutuskan fokus pada puisinya, dan menghidupi dirinya dengan berjualan es krim dan kue.
"Saya tidak ingin menjadi pahlawan, saya tidak ingin menjadi martir, saya tidak ingin menjadi orang lemah, saya tidak ingin menjadi orang bodoh," tulisnya dua minggu setelah kudeta di laman Facebooknya.
“Saya tidak ingin mendukung ketidakadilan. Jika saya hanya punya waktu satu menit untuk hidup, saya ingin hati nurani saya bersih saat itu."
Baru-baru ini, dia menulis bahwa dia adalah pemain gitar, pembuat kue, dan penyair, bukannya seseorang yang bisa menembakkan senjata. Tapi dia menyiratkan bahwa sikapnya berubah.
“Orang-orang saya ditembak dan saya hanya bisa melempar puisi,” tulisnya. “Tapi jika kamu yakin suaramu tidak cukup, maka kamu perlu memilih senjata dengan hati-hati. Aku akan menembak."