Tenaga Medis Jepang Putus Asa, Masyarakatnya Mulai Abaikan Bahaya Pandemi COVID-19
Jepang selama ini dikenal sebagai negara dengan banyak keunggulan, terutama perilaku masyarakatnya hingga tak jarang dijadikan contoh bagi negara-negara lain. Namun apakah masyarakat Jepang sesempurna itu?
IDWS, Jumat, 11 Desember 2020 - Setidaknya jika kita membahas mengenai pandemi COVID-19, perilaku masyarakat Jepang sepertinya tidak layak untuk dijadikan contoh seperti pada kasus-kasus lain yang umum kita dengar (mengenai kebersihan dan tata krama misalnya).
Menurut laporan Mainichi pada 10 Desember 2020, masyarakat Jepang memang cenderung takut akan virus corona COVID-19 pada gelombang-gelombang awal dan membatasi aktivitias mereka di luar rumah. Akan tetapi kini, masyarakat Jepang mulai condong ke acuh tak acuh dengan ancaman pandemi tersebut. Beberapa toko dan usaha malah terang-terangan menolak untuk tutup sementara atau mengurangi jam kerjanya.
Masyarakat Jepang tengah bertamasya di Taman Shiba pada 29 April 2020 meski pemerintah Jepang pada saat itu telah mengimbau agar rakyat tidak keluar rumah. (Japan Today)
Dan hal ini memicu semakin melebarnya perbedaan pandangan akan bahaya pandemi COVID-19 di Jepang antara masyarakat dengan tenaga medis profesional di sana.
Seorang tenaga medis berusia 26 tahun yang bekerja di sebuah rumah sakit di Hokuriku, Jepang, mengaku kepada Mainichi bahwa situasi sekarang ini jauh lebih serius dari awal-awal pandemi.
Masyarakat Jepang memadati Jalan Takeshita di Harajuku, Tokyo, pada 25 Maret. Tampak beberapa di antara mereka tidak mengenakan masker. (asia.nikkei.com)
Pada gelombang awal pandemi COVID-19, rumah sakit tempatnya bekerja sudah mempersiapkan lima tempat tidur khusus bagi pasien COVID-19, namun hampir tidak terpakai. Akan tetapi pada akhir November, tiba-tiba saja banyak pasien COVID-19 yang memenuhi rumah sakit itu, dan mayoritas dari mereka adalah orang berusia lanjut.
Menurunnya kesadaran masyarakat Jepang terhadap bahaya pandemi COVID-19 sedikit banyak juga disumbangkan oleh program diskon pariwisata domestik oleh pemerintah Jepang yang disebut "Go To". Tak jarang dijumpai orang-orang berjalan-jalan di keramaian tanpa masker.
Hideki Oka, seorang profesor di Departmen Pengendalian Penyakit Menular di Pusat Medis Saitama, Jepang, menyampaikan pesan lewat akun Facebook pribadinya pada 26 November untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya COVID-19.
"Saya khawatir percakapan sosial [mengenai COVID-19] mulai mengarah ke argumen yang terlalu positif tanpa dasar. Saya ingin agar pemerintah mengoreksi informasi-informasi yang tidak benar berdasarkan data yang diberikan oleh para ahli kredibel," kata Oka seperti dikutip dari Mainichi.
(Stefanus/IDWS)