Presiden Belarus Dilantik Diam-diam Setelah Kemenangannya di Pemilu Ditolak Rakyat
Alexander Lukashenko dilantik sebagai presiden Belarus untuk masa jabatan keenam kalinya secara diam-diam.
IDWS, Kamis, 24 September 2020 - Lukashenko dilantik dalam sebuah seremoni rahasia yang digelar tanpa pengumuman terlebih dahulu. Pelantikan diam-diam itu disinyalir demi menghindari aksi-aksi demonstrasi besar-besaran di Belarus atas klaim kemenangannya dalam pemilihan umum (pemilu) pada 9 Agustus lalu di negara pecahan Uni Soviet itu.
Dilansir dari detikcom via AFP, Rabu (23/9/2020) Lukashenko telah menghadapi demonstrasi besar-besaran yang menentang pemerintahannya di Minsk dan kota-kota lain sejak mengklaim kemenangan dalam pemilu Belarus pada tahun 2020 ini.
Kantor berita Belta melaporkan bahwa "Alexander Lukashenko telah menjabat sebagai Presiden Belarus. Upacara pelantikan berlangsung pada menit-menit ini di Istana Kemerdekaan."
Sedangkan kantor berita Independent sebelumnya melaporkan bahwa jalanan ditutup ketika iring-iringan mobil Lukashenko melaju di ibu Minsk, ibukota Belarus. Pemberitaan itu memicu spekulasi bahwa Lukashenko akan menjalani pelantikan sebagai presiden untuk periode berikutnya secara diam-diam, karena sama sekali tidak ada konfirmasi resmi dari pemerintah akan pelantikan tersebut.
Presiden Belarus Alexander Lukashenko (AFP/ALEXANDER ZEMLIANICHENKO)
Situs resmi Lukashenko tidak membuat pengumuman apa pun dan upacara itu tidak ditayangkan langsung di televisi pemerintah, tampaknya untuk menghindari bentrokan dengan pengunjuk rasa.
Pemimpin berusia 66 tahun yang telah berkuasa sejak 1994 itu, telah mencari dukungan dari Presiden Rusia Vladimir Putin, yang telah menjanjikan bantuan penegakan hukum jika diperlukan, serta pinjaman US$ 1,5 miliar.
Saingan oposisi utamanya, Svetlana Tikhanovskaya, mengklaim dia memenangkan pemilihan tetapi kini dia telah berlindung di Lithuania, sementara Lukashenko telah memenjarakan atau mengusir tokoh-tokoh oposisi utama lainnya.
Menteri luar Negeri Uni Eropa pada hari Senin (21/9) gagal menyetujui sanksi atas krisis politik itu, meskipun ada permohonan dukungan dari Tikhanovskaya.
Siprus, yang memiliki hubungan baik dengan Rusia, telah memveto usulan sanksi Uni Eropa.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: detikcom via Belta, Independent, AFP