Siswa 13 Tahun di Thailand Meninggal Setelah Dihukum Lompat Jongkok 100 Kali Meski Baru Sembuh dari Sakit
Seorang pelajar belia di Thailand meninggal setelah dihukum lompat jongkok 100 kali oleh gurunya di Thailand.
IDWS, Sabtu 12 September 2020 - Pelajar bernama Potay Suriyawt Jiwakano (13) asal Samut Songkhram, Thailand itu sebelumnya sempat tidak masuk sekolah selama tiga hari karena sakit, dan baru kembali bersekolah pada hari keempat meski masih merasa tidak enak badan.
Potay yang terdaftar di Sekolah Thawaranukun itu memaksakan diri masuk sekolah karena membawa surat keterangan dari dokter. Namun dia malah dihukum oleh gurunya karena tidak mengerjakan tugas, yang berujung pada hukuman 100 kali lompat jongkok tersebut. Potay dilaporkan kesulitan menyelesaikan hukuman berat itu, terutama karena ia baru saja sembh dari sakit, menurut kesaksian keluarganya.
Tak lama setelah menjalani hukuman tersebut, Potay kembali jatuh sakit pada 4 September dan terpaksa tinggal di rumah. Sayangnya tidak ada yang merawatkan karena kedua orangtuanya masih sibuk bekerja. Ia ditinggalkan di rumah bersama adiknya sedangkan kedua orangtuanya baru pulang ke rumah pada pagi hari.
Jenazah Potay Suriyawt Jiwakano terbaring di peti mati. Remaja 13 tahun itu dilaporkan sakit dan meninggal setelah sebelumnya dihukum 100 kali lompat jongkok.(VP via Daily Mirror)
Begitu sampai di rumah pada 5 September, kedua orangtua Potay terkejut karena mendapati anak mereka sudah meninggal dunia, seperti dikutip dari Daily Mirror pada Jumat (11/9/2020) via Kompas.com. Keduanya lantas menghubungi paramedis. Dari hasil pemeriksaan, Potay disimpulkan meninggal dalam tidurnya karena mengalami gagal jantung pada pukul 03.00 dinihari waktu setempat, atau satu jam sebelum kedua orangtuanya sampai di rumah.
Pihak Sekolah Thawaranukun kemudian menelepon keluarga remaja itu. Mereka meminta maaf dan bertanggung jawab atas insiden tersebut. Sekolah menyatakan, guru yang memberikan hukuman kepada anak itu bakal menjalani pemeriksaan sebelum diputuskan apakah bakal dilaporkan ke polisi. Pramot Eiamsuksai, paman anak itu menuturkan keluarganya sangat sedih karena si keponakan kehilangan nyawanya hanya karena kesalahan kecil.
"Pihak sekolah sepakat untuk memberikan ganti rugi atas kematian Potay, dan bersedia menanggung biaya yang keluar," jelas Pramot. Dia pun berharap kasus ini bisa menjadi pelajaran di Thailand, agar tak ada lagi guru yang sewenang-wenang menghukum muridnya.
(Stefanus/IDWS)