Seluruh Kabinet Lebanon Mengundurkan Diri Pasca Unjuk Rasa Besar-besaran Rakyat Akibat Ledakan di Beirut
Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, mengumumkan bahwa seluruh anggota kabinet mengundurkan diri setelah tragedi ledakan amonium nitrat di pelabuhan Beirut.
IDWS, Selasa, 11 Agustus 2020 - Keputusan tersebut diumumkan Hassan Diab pada Senin (10/8/2020) malam waktu setempat di tengah amukan rakyat Lebanon yang turun ke jalanan dan menuding korupsi serta kebobrokan birokrasi merupakan akar permasalan dari tragedi ledakan 2.750 ton amonium nitrat di hangar 12 pelabuhan Beirut, 5 Agustus 2020 lalu.
Pelabuhan Beirut pasca ledakan 2.750 ton amonium nitrat di hangar 12.
Tragedi tersebut memakan korban jiwa mencapai 220 orang, ribuan lainnya luka, serta banyak warga Beirut yang kehilangan tempat tinggalnya.
Diab sendiri menyebut kemunduran seluruh kabinet Lebanon merupakan bentuk pertanggungjawaban atas malapetaka besar dan keruntuhan ekonomi maupun sosial di negara tersebut.
Para pengunjuk rasa melempari pasukan pengaman Lebanon di jalan menuju gedung parlemen Beirut, Minggu, 9 Agustus 2020.
"Saya hari ini menyatakan pemerintah mengundurkan diri. Semoga Tuhan menyelamatkan Lebanon, Dirgahayu Lebanon dan rakyatnya," kata Diab dalam pidato yang disiarkan langsung lewat televisi lokal Lebanon, seperti dilansir dari BBC News Indonesia.
Puing-puing bekas ledakan hebat di pelabuhan Beirut.
"Hari ini kami menuruti kehendak rakyat untuk meminta pertanggungjawaban kepada mereka yang bertanggung jawab atas bencana yang tersembunyi selama tujuh tahun ini, dan keinginan mereka untuk mewujudkan perubahan," tambah Diab.
Perdana Menteri Lebanon, Hassam Diab, mengumumkan pengunduran dari kabinet dalam pidato yang disiarkan langsung hari Senin kemarin. (REUTERS)
Pengumuman dikeluarkan setelah digelar rapat darurat. Usai rapat dan pengumuman pembubaran kabinet, mantan Menteri Kehakiman, Marie-Claude Najem, mengatakan pengunduran diri ini tidak dapat ditafsirkan sebagai tindakan melarikan diri dari tanggung jawab.
"Cobalah memahami posisi kami.Tak seorang pun ingin berkuasa dengan keadaan seperti ini, ketika kami mengalami semua masalah: keruntuhan keuangan, virus corona, inilah bencana nasional yang kami alami.
Pengunjuk rasa bentrok dengan kepolisian Lebanon pada demonstrasi Senin malam kemarin.
"Jadi, tolong jangan diartikan ini sebagai langkah mengelak bertanggung jawab. Kami ingin mengambil keputusan yang ditujukan bagi rakyat Lebanon," kilah Najem.
Beberapa menteri kabinet sebelumnya sudah mengundurkan diri, termasuk menteri Menteri Lingkungan, Damianos Kattar dan Menteri Informasi, Manal Abdel Samat.
Namun terus muncul agar segenap pemerintahan mengundurkan diri. Banyak rakyat Lebanon menyalahkan pemerintah karena mengizinkan bahan peledak dalam jumlah besar disimpan di pelabuhan Beirut.
Akar permasalahan
Mundurnya seluruh kabinet pemerintahan Lebanon serta kerusuhan massa yang dilakukan rakyat Lebanon terjadi karena ketidakpuasan yang mengendap selama bertahunt-tahun terhadap pemerintahan yang dianggap korup.
Sebanyak 2.750 amonium nitrat yang meledak di hangar 12 pelabuhan Beirut dilaporkan telah berdiam di sana selama 6 tahun lamanya tanpa ada solusi yang jelas dari pemerintah. Padahal dalam 6 tahun itu, pihak bea cukai Beirut telah berkali-kali meminta keputusan dari pemerintah pusat akan solusi untuk menangani bahan kimia mudah meledak itu setelah tertinggal dalam kapal Rusia yang tertahan di pelabuhan Beirut pada September 2013 silam.
Ledakan hebat di pelabuhan Beirut, 5 Agustus 2020. (twitter/Nader Itayim)
Pihak bea cukai telah mengirimkan setidaknya 6 surat kepada "seorang yang berkuasa dalam bidang tersebut" untuk meminta solusi dan keputusan untuk menangani muatan 2.750 ton amonium nitrat tersebut. .Sayangnya, tidak ada jawaban sama sekali hingga muatan berbahaya itu terlupakan di hangar 12 pelabuhan Beirut dan akhirnya meledak pada 5 Agustus 2020.
(Stefanus/IDWS)