Beijing 'Gawat Darurat' Setelah COVID-19 Kembali Merebak di Ibukota China Itu
China menerapkan lockdown pada sebagian wilayah Beijing dan kembali melarang perjalanan keluar-masuk ibukota setelah virus corona COVID-19 kembali merebak
IDWS, Selasa, 16 Juni 2020 - Kebijakan-kebijakan tersebut kembali di terapkan di ibukota China itu setelah 27 kasus infeksi baru ditemukan di Beijing. Selain itu pemerintah China juga langsung meluncurkan program tes dan tracing secara masif akan kasus-kasus infeksi COVID-19 baru tersebut.
Kembalinya COVID-19 dipercaya bermula dari pasar grosir makanan Xinfadi di Beijing, dan memicu alarm bagi pemerintah China yang sebelumnya dianggap telah sukses mengendalikan penyebaran wabah virus corona baru yang pertama kali ditemukan pada 31 Desember 2019 itu.
Hingga artikel ini ditulis, jumlah total kasus infeksi COVID-19 baru di Beijing dalam 5 hari terakhir telah mencapai 108 kasus, di mana jumlah itu membuat pihak otoritas setempat menerapkan lockdown kepada hampir 30 komunitas di dalam ibukota serta melakukan tes terhadap puluhan ribu penduduk setempat.
Warga Beijing berkumpul untuk menjalani tes pada 18 Juni 2020.
Beijing gawat darurat?
China sempat melonggarkan kebijakan lockdown dan pelarangan perjalanan dalam beberapa bulan terakhir setelah pemerintah pusat mendeklarasikan kemenangan atas COVID-19 yang muncul pertama kali di kota Wuhan, akhir tahun lalu.
Namun sepertinya China masih meremehkan pandemi COVID-19.
"Epidemi [COVID-19] di ibukota [Beijing] sangat parah," kata juru bicara Beijing, Xu Hejian dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari Dailymail.
Salah satu pejabat kota Beijing, Sun Chunlan, mendesak para pejabat lainnya untuk kembali menerapkan langkah-langkah pengendailan "paling ketat" untuk menangkal penyebaran virus corona COVID-19 di Beijing.
Mobil polisi terparkir di depan pintu masuk pasar makanan Xinfadi di Beijing, 16 Juni 2020.
WHO disebut telah mengungkapkan kekhawatiran mereka akan kembali COVID-19 di Beijing, mengingat ukuran serta konektivitas ibukota China itu ke tempat-tempat lain.
Pemerintah kota Beijing mengaku akan melakukan tes terhadap para pemilik toko dan manajer dari seluruh pasar makanan di ibukota, restoran, dan kantin.
Melansir portal berita milik pemerintah China, Xinhua, kapasitas tes Beijing telah ditingkatkan mencapai 90.000 orang setiap harinya.
Seluruh kegiatan olahraga dan hiburan di Beijing diperintahkan untuk berhenti mulai Senin (15/6/2020) kemarin sedangkan berbagai kota di China mewanti-wanti akan mengkarantina pendatang dari Beijing.
Polisi menutup dan menjaga jalan masuk ke pasar makanan Xinfadi di Beijing, 14 Juni 2020.
Selain Beijing, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan ada empat infeksi domestik di Provinsi Hebei yang berada di sekitar Beijing. Satu kasus juga muncul di Provinsi Sichuan yang dikaitkan dengan kluster dari Beijing.
Lebih mudah menyebar
Deputi Direktur dari Departemen Biologi Pathogen Universitas Wuhan, Yang Zhanqiu, menuturkan kepada kantor-kantor berita milik pemerintah China bahwa wabah COVID-19 baru di Beijing lebih mudah menular dibanding versi yang muncul di Wuhan.
Yang Zhanqiu yang merupakan seorang Virologist itu percaya bahwa percabangan baru COVID-19 ini lebih mudah menular berdasarkan tingginya jumlah kasus-kasus pasien positif COVID-19 yang muncul dalam jangka waktu singkat.
Warga Beijing menunggu giliran menjalani tes nucleic acid, 15 Juni 2020.
Lebih jauh lagi, seperti dilaporkan dari The Times, Yang Zhanqiu berpendapat bahwa apabila sampel COVID-19 di pasar Xinfadi sama dengan COVID-19 dari Eropa, maka kemungkinan besar merebaknya wabah COVID-19 di Beijing kali ini disebabkan oleh impor makanan dari Eropa.
Selain itu Yang Zhanqiu juga menegaskan bahwa apabila benar COVID-19 di Beijing ini merupakan percabangan atau mutasi dari COVID-19 di Wuhan, maka itu akan menyulitkan proses diciptakannya vaksin.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Dailymail