Eksperimen Vaksin COVID-19 Pertama di Eropa Resmi Dimulai di Oxford
IDWS, Jumat, 24 April 2020 - Percobaan vaksin virus corona (COVID-19) pertama di Eropa telah dimulai di Oxford, Inggris, di mana dua relawan disuntik dengan bakal vaksin yang dikembangkan oleh sebuah tim dari Universitas Oxford.
Lebih dari 800 orang telah direkrut untuk mendukung studi penemuan vaksin virus novel yang pertama kali muncul di Wuhan, China, pada Desember tahun lalu itu. Setengah dari jumlah tersebut akan menerima vaksin percobaan COVID-19, sedangkan setengahnya lagi menerima vaksin kontrol yang melindungi pasien dari penyakit meningitis, bukan COVID-19.
Inti utama dari percobaan tersebut adalah, para relawan tidak tahu apakah menerima vaksin COVID-19 atau vaksin kontrol, hanya dokter yang terlibat dalam studi itu saja yang tahu.
Elisa Granato (kiri) merupakan satu dari dua relawan pertama dalam percobaan vaksin COVID-19 pertama di Eropa. (Foto: BBC)
Elisa Granato, satu dari dua relawan pertama yang telah disuntik, mengaku kepada BBC bahwa dirinya adalah seorang ilmuwan, sehingga ia ingin mencoba membantu proses ilmiah dalam menemukan vaksin yang ampuh untuk melawan COVID-19.
Vaksin COVID-19 tersebut dikembangkan selama tiga bulan oleh tim dari Universitas Oxford, dipimpin oleh Sarah Gilbert — profesor vaksionologi di Institut Jenner. Dr Gilbert sendiri mengaku sangat percaya diri akan keampuhan vaksin ciptaan timnya.
"Secara pribadi, saya sangat memercayai vaksin [ciptaan tim saya] ini," kata Dr Gilbert dikutip dari BBC.
Koresponden medis BBC, Fergus Walsh, menunjukkan tabung berisi vaksin COVID-19 yang dikembangkan tim dari Universitas Oxford. (Foto: BBC)
"Pastinya kami masih harus mengetesnya serta memperoleh data dari [percobaan terhadap] manusia. Kami harus mendemonstrasikan bahwa vaksin tersebut benar-benar bekerja serta mencegah orang-orang terinfeksi virus corona sebelum vaksin itu digunakan ke populasi yang lebih luas," tambahnya.
Lantas, bagaimana vaksinnya bekerja?
Vaksin ciptaan tim Universitas Oxford tersebut dibuat dari virus penyebab demam biasa dari simpanse yang telah diperlemah (dikenal sebagai adenovirus). Virus itu lalu dimodifikasi sehingga tidak bisa tumbuh berkembang di dalam tubuh manusia.
Begini garis besar cara vaksin tersebut bekerja melawan COVID-19:
1. Vaksin disuntikkan ke tubuh pasien.
2. Vaksin tersebut lalu memasuki sel-sel tubuh pasien yang mana kemudian vaksin itu akan mulai memproduksi protein coronavirus spike.
3. Langkah kedua memicu sistem imunitas tubuh pasien untuk memproduksi antibodi dan T-cells untuk menghancurkan sel-sel yang "terinfeksi' vaksin tersebut.
4. Apabila pasien bersangkutan kembali terkena virus jenis corona (coronavirus), antibodi dan T-cells dalam tubuh pasien tersebut akan terpicu untuk melawan.
Sekedar informasi, COVID-19 merupakan virus yang termasuk dalam jenis virus corona (coronavirus). Virus lain yang juga termasuk dalam jenis ini adalah MERS — yang mana tim dari Universitas Oxford tersebut juga pernah mengembangkan vaksin untuk melawan MERS.
Jika hasil dari percobaan tim pimpinan Sarah Gilbert tersebut menjanjikan, akan digelar percobaan dalam skala yang lebih besar lagi dengan melibatkan kurang lebih 5.000 relawan.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: BBC