Sistem Perawatan Kesehatan di Jepang Terancam Runtuh Karena COVID-19?
IDWS, Minggu, 19 April 2020 - Rumah sakit-rumah sakit di Jepang mulai menolak pasien-pasien sakit karena makin kewalahan menghadapi lonjakan pandemi virus corona (COVID-19), membuat sistem kesehatan darurat Jepang di ambang kolaps.
Melansir Bloomberg, dilaporkan sebuah ambulans di Tokyo membawa seorang pria dengan gejala demam serta kesulitan bernafas namun ditolak oleh 80 rumah sakit setelah berjam-jam berlalu lalang di jalan, hingga akhirnya ada rumah sakit yang mau menampungnya.
Hingga Minggu (19/4/2020), Jepang telah menyatatkan 10.296 kasus pasien positiv virus corona, di mana 222 di antaranya meninggal dan 1.069 lainnya sembuh.
Japanese Association for Acute Medicine dan Japanese Society for Emergency Medicine juga melaporkan banyak unit gawat darurat rumah sakit yang menolak untuk merawat pasien, termasuk pasien stroke, serangan jantung, dan luka-luka luar disebabkan kewalahan akibat pandemi COVID-19.
(www.aa.com.tr)
Pada awalnya Jepang tampak sanggup mengendalikan wabah virus corona dengan langsung menangani setiap kluster yang muncul di beberapa tempat seperti klub, gym, hingga tempat-tempat pertemuan. Sayangnya ketidakpatuhan masyarakat Jepang akan social distancing membuat penyebaran COVID-19 lebih cepat dari aksi pemerintah dan membuat banyak kasus tak bisa dilacak lagi.
Pandemi ini memperlihatkan kelemahan-kelemahan utama dari perawatan medis di Jepang, yang selama ini dipuji akan kualitas sistem asuransinya serta biaya yang murah — mengesampingkan keengganan masyarakat Jepang untuk mematuhi social distancing.
Para ahli menyalahkan ketidak kompetenan pemerintah Jepang yang menimbilkan kekurangan alat pelindung badan (APD) dan perlengkapan medis bagi para tenaga medis untuk melakukan tugasnya.
Selain itu rumah sakit di Jepang juga memaksa siapa saja yang menunjukkan gejala COVID-19 sekalipun hanya gejala ringan, membuat rumah sakit penuh sesak dan kekurangan staff.
Akankah Jepang bisa bangkit dari pandemi ini? Semoga saja, dan tentunya Indonesia juga!
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Bloomberg