Angka Kematian Akibat Virus Corona di China Melonjak Jadi 425 Pada Selasa, Dari 360 Pada Senin Kemarin
IDWS, Selasa, 4 Februari 2020 - Jajaran Pemimpin Partai Komunis China menyebut wabah penyakit virus corona Wuhan sebagai "ujian berat" bagi China pada Senin (3/2/2020) seiring dengan negara-negara lain mulai mengisolasi China, membuat bursa saham Negeri Tirai Bambu itu anjlok, menurunkan harga minyak, serta menimbulkan stigma buruk bagi negara dengan populasi terbanyak di Bumi itu.
Pada Selasa (4/2/2020) pemerintah China mengumumkan virus corona baru ini telah membunuh 425 orang pada Selasa pagi, lebih mematikan dari wabah SARS pada 2002-2003 dan menjadi salah satu wabah penyakit paling mematikan di sejarah China modern. Jumlah ini meningkat dari laporan Senin kemarin yang dilaporkan berjumlah 360 korban jiwa.
Karyawan dari rumah duka mengevakuasi sesosok jenazah orang yang meninggal di dalam rumanya di Wuhan pada Sabtu (1/2/2020), meski tidak jelas apakah orang itu meninggal karena virus corona atau karena sebab lainnya. (Foto: Chinatopix via Associated Press)
Banyak pakar-pakar penyakit menular menyebutkan bahwa virus corona atau 2019-nCoV yang berasal dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei, China, itu akan menjadi pandemi — wabah penyakit yang mematikan bagi manusia serta menyebar hingga lebih dari satu benua.
"Tidak ada pertanda wabah penyakit itu [2019-nCoV] akan menjadi lebih baik. Kami tidak melihat pola penurunan, dan itu adalah masalah," kata Leo Poon, kepala divisi dari departemen ilmu laboratorium kesehatan masyarakat Universitas Hong Kong.
Presiden China Xi Jinping menggelar rapat darurat pada Senin kemarin untuk membahas penanggulangan virus corona Wuhan serta mengurangi angka kematian sebagai prioritas utama. Rapat tersebut dihadiri oleh para petinggi serta anggota senior Partai Komunis China. Dalam rapat tersebut, 2019-nCoV disebut-sebut sebagai "ujian berat bagi sistem dan kapasitas China sebagai pemerintahan."
Melansir dari The New York Times, Presiden Xi mengatakan bahwa para pejabat yang menolak atau mengulur perintah serta "kurang berani" bisa dihukum — memberi sugesti bahwa beberapa wilayah di China menolak bekerjasama untuk menggunakan sumber daya dan personelnya demi menghentikan 2019-nCoV.
Warga Hong Kong mengenakan masker. Foto ini diambil pada Senin (3/2/2020). Pemerintahan Hong Kong mengaku akan menutup empat titik perbatasan dengan China dan hanya menyisakan tiga, seiring dengan bertambahnya jumlah kematian akibat virus corona Wuhan. (Foto: Billy H.C. Kwok/The New York Times)
Hingga Senin (3/2/2020), terdapat 20.438 kasus infeksi di China, kata pemerintahan China pada Selasa pagi waktu setempat. Belum ditambah 160 kasus infeksi di negara-negara lain, termasuk 11 kasus di Amerika Serikat. Sebagai perbandingan, saat SARS mewabah, China "hanya" mengalami 349 kematian dan 5.327 kasus infeksi, diambil dari laporan Badan Kesehatan Dunia atau WHO.
Dari laporan The New York Times, sebagian kematian akibat virus corona itu tidak tercatat. Banyak warga Wuhan — pusat dari wabah penyakit ini yang yakin bahwa angka kematian di seluruh China bisa jadi lebih tinggi dari yang dirilis secara resmi oleh pemerintah. Beberapa warga mengaku mendengar kabar orang-orang kehilangan nyawanya di rumah masing-masing.
Banyak maskapai telah menghentikan penerbangan ke China, dan pemerintahan dari berbagai negara melarang para pelancong China atau siapa saja yang baru saja bepergian ke sana untuk memasuki negaranya.
Di Indonesia sendiri belum ada konfirmasi infeksi virus corona Wuhan, dan semoga saja tidak akan pernah terjadi.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: The New York Times