BREAKING: Iran Luncurkan Lebih dari Selusin Misil ke Dua Pangkalan Udara AS di Irak
IDWS, Rabu, 8 Januari 2020 - Iran meluncurkan lebih dari selusin misil balistik ke dua pangkalan Irak yang menampung pasukan Amerika Serikat (AS). Serangan itu disebut-sebut Pentagon (Kemenhan-nya AS) sebagai wujud dari pembalasan Iran terhadap tewasnya Jendral Qassem Soleimani akibat serangan drone yang diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump ke bandara Baghdad, Irak.
Jonathan Hoffman, juru bicara Pentagon mengatakan pada Selasa (7/1/2020) bahwa pada sore di hari itu, Iran meluncurkan lebih dari selusin misil ke pangkalan udara Ain al-Asad serta pasukan koalisi di kota Erbil, dilansir dari CNN.
Iran juga meluncurkan video peluncuran misil-misil tersebut yang dapat dilihat di bawah ini.
Belum ada kepastian akan adanya korban
Sejauh ini menurut Hoffman, belum ada laporan akan adanya korban jiwa namun pengamatan akan dampak ledakan masih berlangsung. Disebutkan bahwa serangan yang salah satunya menyasar ke pangkalan udara Ain al-Asad juga menimbulkan korban dari pihak Irak. Jumlah korban atau ada tidaknya korban jiwa masih belum jelas.
Dua lokasi yang dihantam misil-misil Iran pada Selasa, 7 Januari 2020. (Google Maps)
Dua pejabat Kurdi menuturkan bahwa setidaknya dua misil balistik menghantam beberapa area di Erbil. Misil pertama mendarat di dalam wilayah bandara internasional Erbil meski tidak meledak, sedangkan misil kedua jatuh di area sekitar 20 mil dari Erbil namun tidak menimbulkan korban, melansir laporan CNN.
Serangan ini datang di saat pemerintah AS masih mencoba untuk menurunkan tensi dengan Iran selepas insiden tewasnya Jendral Qassem Soleimani atas serangan yang diperintah Donald Trump, menunjukkan bahwa sumpah Iran untuk membalasdendam kematian jendralnya itu tidak main-main.
Beberapa pejabat tinggi AS seperti Sekretaris Negara Mike Pompeo, Sekretaris Pertahanan Mark Esper dan Chariman of the Joint Chiefs of Staff Army Jendral Mark Milley langsung mendatangi Gedung Putih pada Selasa (7/1/2020) malam seiring dengan serangan misil Iran itu.
Balas dendam
Dalam sebuah pernyataan dari Korps Pengawal Revolusi Islam atau IRGC yang dikenal sebagai pasukan elite militer Iran, serangan misil ke dua pangkalan Irak tersebut merupakan "balas dendam keras" akan kematian Soleimani. IRGC juga menambahkan bahwa negara manapun yang menampung pasukan AS akan menjadi subyek dari "aksi-aksi agresif dan permusuhan" IRGC, sekaligus menyerukan kepada rakyat AS untuk meminta pemerintah mereka menarik kembali semua pasukan AS dari wilayah Timur Tengah.
"Kepada Setan Besar...kami peringatkan apabila kamu mengulang kembali kejahatannmu atau melakukan pergerakan tambahan atau agresi lanjutan, kami akan membalas dengan respon yang lebih sakit dan mematikan," bunyi dari sebagian pernyataan IRGC yang ditujukan kepada pemerintah AS itu, seperti dikutip dari CNN.
pic.twitter.com/Nske7KLJVy — Saeed Jalili (@DrSaeedJalili) January 7, 2020
Saeed Jalili, sekretaris dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, mengejek Donald Trump dengan mengunggah bendera nasional Iran di Twitter pasca serangan misil di dua pangkalan Iran. Sebelumnya, Trump juga sempat mengunggah bendera nasional AS di Twitter setelah serangan drone yang ia perintahkan menewaskan Soleimani.
Serangan misil Iran datang di saat AS mencoba berdamai
Televisi Nasional Iran melaporkan bahwa IRGC "telah menghajar pangkalan Ain al-Asad Amerika Serikat di Irak dengan sepuluh misil."
Sekretaris Pertahanan AS, Mark Esper dilaporkan mencoba menghubungi Perdana Menteri Irak pada Selasa (7/1/2020) malam waktu AS meski kesulitan, meski akhirnya keduanya dapat terhubung. Laporan CNN menyebutkan kedua orang penting dari negaranya masing-masing itu terlibat dalam "komunikasi antara pemerintahan AS dan Irak pada tingkat tertinggi."
Serangan di dua pangkalan AS di Irak tadi malam datang hanya beberapa jam setelah Esper dalam sebuah wawancara dengan CNN, mengatakan bahwa pemerintah AS tidak ingin berperang dengan Iran, namun mencoba untuk "menyudahi perang," yang dapat diartikan sebagai usaha berdamai pasca tewasnya Jendral Qassem Soleimani.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Stephanie Grisham, menuturkan bahwa Presiden Donald Trump telah menerima laporan singkat mengenai serangan misil Iran kali ini.
Tantangan langsung kepada Donald Trump
Serangan misil malam tadi merupakan tantangan langsung terhadap Donald Trump, yang pada Selasa (7/1/2020) atau hanya beberapa jam sebelum serangan misil tersebut, mengancam Iran bahwa negara di Timur Tengah itu "akan menghadapi konsekuensi serius apabila melakukan hal-hal yang tidak seharusnya mereka lakukan (membalaskan dendam kematian Soleimani)."
(Twitter/@realDonaldTrump)
Trump menegaskan bahwa serangan drone yang menewaskan Soleimani ditujukan untuk mengurangi kekerasan dan menghentikan perang, bukannya memulai perang. "Kami bertindak (melancarkan serangan drone) kemarin malam untuk menghentikan perang, kami tidak bertindak untuk memulai perang," kata Trump kepada para wartawan seperti dikutip dari CNN.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengaku bahwa Tehran (Pemerintah Iran) tidak terintimidasi akan ancaman Trump.
Pertaruhan Iran?
Thomas Juneau, seorang asisten profesor dan ahli dari Universitas Ottawa mengatakan bahwa keputusan Iran untuk menyerang dua pangkalan udara AS di Irak merupakan "pertaruhan besar."
"Iran menilai [Donald] Trump] tidak ingin terbebani oleh perang skala besar di Timur Tengah, dan hal itu membuat mereka punya kesempatan untuk bermanuver. Sayangnya ini adalah pertaruhan BESAR mengingat betapa tidak terprediksinya Trump selama ini," tulis Juneau di Twitter.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: CNN