Teknologi Pendeteksi Emosi Untuk Memprediksi Tindak Kejahatan Dipamerkan di Pameran Teknologi Keamanan di China
IDWS, Selasa, 5 November 2019 - Pendeteksi emosi (emotion recognition) jadi gebrakan terbaru China dalam upaya pencegahan tindakan kriminal. Hal itu terungkap lewat laporan dari wartawan Financial Times Sue-Lin Wong yang datang di pameran teknologi kamera pengawas terbesar di Shenzhen, China.
Menurut laporan Sue-Lin Wong, teknologi pendeteksi emosi tersebut telah diterapkan di berbagai bandara dan stasiun kereta bawah tanah di China untuk mengidentifikasi terduga kriminal. Teknologi ini sendiri merupakan hasil terbaru dari pengembangan sistem prediksi kriminal di China.
Para pengunjung mengamati kamera-kamera CCTV prodk dari Huawei di China Public Security Expo di Shenzhen, China. (Andy Wong/AP)
Disebutkan teknologi pendeteksi emosi ini melakukan tugasnya dengan menganalisa raut wajah, gaya berjalan, pelacakan mata (eye tracking), dan analisa keramaian.
Teknologi sistem pendeteksi emosi telah diinstal di Xinjiang, wilayah di ujung barat China, lokasi di mana diperkirakan 1 juta minoritas muslim Uyghur tinggal di kamp-kamp pengasingan.
(Twitter/@suelinwong)
"Menggunakan rekaman video, teknologi pendeteksi emosi dapat dengan cepat mengidentifikasi terduga kriminal dengan menganalisa kondisi mental mereka...untuk mencegah tindakan-tindakan ilegal termasuk terorisme dan penyelundupan," tutur Li Xiaoyu, seorang pakar keamanan kader partai dari biro keamanan publik di kota Altay di Xinjiang. "Kami telah mulai menggunakannya."
Li Xiayou menambahkan teknologi ini mengidentifikasi tanda-tanda keagresifan dan kegelisahan (nervous) sekaligus tingkat stress seseorang, dan kemudian mengkalkulasi potensi orang tersebut melakukan tindak kriminal.
Akankah di masa depan, kita dapat ditangkap sebelum melakukan kejahatan? (9gag)
Hampir 14 miliar Renmibi (Rp 28 triliun) dari dana investasi infrastruktur disalurkan ke Xinjiang pada 2017 silam untuk mengembangkan kota-kota pintar (smart city) di wilayah itu. Jumlah tersebut jauh melebihi Beijing di peringkat kedua penerima dana terbanyak, yang hanya menerima 1,69 miliar Renmibi (Rp 3,37 triliun).
Sebenarnya teknologi ini bukanlah hal baru. Berbagai perusahaan IT di dunia seperti Amazon, Microsoft dan Google telah dan masih mengembangkan teknologi pendeteksi emosi. Akan tetapi menurut para ilmuwan, teknologi ini masih belum bisa diandalkan karena tingkat akurasi yang rendah.
(Twitter/@suelinwong)
"Teknologi ini masih mengandung sedikit tipu muslihat dan belum pantas untuk diterapkan di suatu area luas dalam 3-5 tahun nanti," kata Ge Jia, blogger berpengaruh yang berbasis di Beijing.
"Saat ini hanya segelintir sekolah dan biro keamanan publik yang memiliki produk-produk yang mengandung teknologi pendeteksi emosi ini," ungkap Zhen Wenzhuang pada booth Baidu di pameran tersebut. Ia juga menambahkan bahwa teknologi itu belum dikembangkan sepenuhnya untuk keperluan komersil.
Sedangkan seorang perwakilan dari perusahaan teknologi pengenalan wajah Megvii yang menolak disebutkan namanya mengatakan bahwa teknologi pendeteksi emosi tengah dikembangkan secara luas dan telah digunakan oleh pemerintah China, terutama bagi biro-biro keamanan publik.
Muncul lebih dulu di anime Jepang
Dengan datangnya teknologi pendeteksi emosi, akankah datang era di mana orang dapat ditangkap sebelum melakukan tindak kriminal atau bahkan belum merencanakannya? Sulit untuk dibayangkan dengan sistem hukum di dunia saat ini, yang mengedepankan bukti-bukti konkret dalam menjerat tersangka kriminal.
Akan tetapi, bukan berarti tidak ada bayangan masa depan seperti itu untuk didiskusikan. Satu anime asal Jepang berjudul Psycho-Pass dengan gamblang mengisahkan era masa depan di mana orang dapat ditangkap atau bahkan dieksekusi di tempat tanpa bukti apapun, selain divonis oleh "sistem" sebagai "orang yang sangat berbahaya secara psikologis."
Selanjutnya: Referensi masa depan teknologi pendeteksi emosi datang dari anime Jepang
(stefanus/IDWS)
Sumber: Sue-Lin Wong/Financial Times