Superstar NBA LeBron James Dikritik dan Disebut Tunduk Kepada China Setelah Menyebut Morey 'Kurang Terdidik'
IDWS, Rabu, 16 Oktober 2019 - Bintang terbesar NBA yang masih aktif bermain, LeBron James, turut buka suara mengenai "krisis" NBA akan kebebasan berbicara dan berekspresi terkait persoalan demonstrasi Hong Kong. Sayangnya, komentarnya dianggap tidak pantas oleh banyak orang, bahkan penggemar NBA sekalipun.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, NBA terguncang baik dari reputasi maupun finansial setelah manajer umum Houston Rockets, Daryl Morey, bercuit di Twitter bahwa ia mendukung pengunjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong. Cuitan tersebut memicu China menghentikan siaran pra-musim NBA di negeri tirai bambu itu, bahkan menarik segala bentuk sponsor dari China yang mendukung Houston Rockets, menurut laporan Vox.
Penyerang Los Angeles Lakers, LeBron James pada 27 September 2019. (Foto: Robert Hanashiro/USA TODAY Sports)
NBA pada awalnya menjauhi Morey dan menyebut pernyataan dukungan Morey ke Hong Kong "disayangkan". Namun hal ini rupanya memancing reaksi negatif dari para penggemar dari Amerika Serikat (AS) dan politikus, karena merasa harga diri AS ikut tercoreng apabila NBA sebagai liga basket ikonik Negeri Paman Sam, tidak membela Morey.
Los Angeles Lakers, tim yang dibela LeBron saat ini, tengah berada di China ketika kasus Morey meledak. Pada awalnya, pemain dengan torehan empat kali MVP serta tiga kali juara NBA itu enggan berkomentar. Kemudian pada Senin (14/10) lalu ia berbicara kepada Silver Screen and Roll:
Saya pikir ketika kita semua duduk dan mempelajari situasi akan apa yang terjadi, memahami bahwa apa yang kamu tweet atau katakan [dapat memengaruhi banyak orang]. Kita semua membicarakan kebebasan berbicara. Ya, kita semua memang memiliki kebebasan untuk berbicara, namun terkadang ada konsekuensi yang terjadi ketika kamu tidak memikirkan orang lain, dan hanya memikirkan dirimu sendiri.
Saya tak ingin terlibat dalam adu mulut dengan Daryl Morey, namun saya percaya ia kurang terdidik pada situasi yang terjadi sekarang, dan ia berbicara, dan banyak orang terkena dampak buruknya, tak hanya secara finansial namun juga fisik, emosional, spiritual. Jadi, cukup berhati-hati akan apa yang kita tweet atau katakan. Meski memang, kita punya kebebasan bersuara, tapi ada banyak konsekuensi negatif yang datang bersama kebebasan itu."
— LeBron James kepada Silver Screen and Roll
Secara garis besar, hal yang ditekankan LeBron sebenarnya benar adanya. Kebebasan datang dengan tanggung jawab, sehingga kebebasan itu tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain. Namun menyebut seseorang yang membawa sukses ke sebuah klub NBA serta mendukung gerakan pro-demokrasi sebagai "kurang terdidik" sepertinya juga bukan hal yang tepat untuk diungkapkan
LeBron James, yang kerap disebut King James, pada akhirnya tak luput dari semprotan para penggemar NBA dari penjuru AS, bahkan politikus.
Meski sempat mengklarifikasi komentarnya tersebut lewat akun Twitternya @KingJames, bahwa dirinya hanya menitikberatkan bahwa Morey seharusnya memikirkan segala konsekuensi akan komentarnya serta keamanan tim-tim dan pemain NBA yang tengah berada di China sebelum mencuitkan sesuatu.
Namun semuanya sudah terlambat.
James memang bukanlah pejabat tinggi negara atau presiden, namun sebagai seseorang yang dianggap sebagai bintang basket terbesar yang masih aktif, seorang penggiat gerakan anti-rasis serta aktif bersuara dalam politik, kata-katanya memiliki bobot yang mungkin lebih berat dari Morey. Sehinga konsekuensi dihadapinya berlipat ganda.
Komentar kontroversial James ini pun sukses memicu amarah baik dari pihak liberal maupun konservatif di AS, serta mengecewakan mereka yang kerap mendukung komentar James akan keadilan antara ras serta perselisihannya dengan presiden Trump.
Bahkan ada penggemar NBA yang menyebut LeBron James sebagai orang yang patuh terhadap komunisme China.
Rick Scott, seorang senator dari partai Republik di AS pun meminjam kalimat James untuk menyindir eks pemain Cleveland Cavaliers itu sendiri. "Kamu benar, @KingJames, orang-orang harus mengerti dampak dari sebuah cuitan atau pernyataan kepada orang lain."
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Vox