Tikiri, Gajah Kurus Kering yang Sempat Viral Kini Telah Mati
IDWS, Jumat, 27 September 2019 - Sebelumnya telah diberitakan seekor gajah berusia 70 tahun yang dipaksa mengikuti pawai pada Festival Perahera di Sri Lanka. Kondisi gajah itu sangat memprihatinkan, kurus kering, hampir seperti tulang berbalut kulit. Tikiri nama gajah itu.
Penderitaan Tikiri telah berakhir, karena ia telah mati. Tepatnya pada Rabu (25/9/) lalu.
Kondisi Tikiri saat masih hidup. (Save Elephant Foundation)
Tikiri jadi viral setelah Save Elephant Foundation (SEF) menyoroti nasibnya dengan menampilkan foto-foto kondisi mengenaskan Tikiri ke publik dunia. Akibatnya, Menteri Pariwisata Sri Lanka berkata kepada BBC bahwa Tikiri tidak akan lagi diikutkan dalam pawai. Ia kemudian dikembalikan ke pawangnya, seperti yang dilaporkan media Sri Lanka.
Akan tetapi, Lek Challert — pendiri dari SEF — tiba-tiba saja mengabarkan bahwa Tikiri telah mati.
Pada Agustus lalu, SEF mengunggah banyak foto Tikiri, baik kondisinya sehari-hari atau saat mengikuti pawai dengan berbalut kostum warna-warni untuk menutupi kondisi buruknya. Tikiri dipaksa berjalan berkilo-kilo meter dengan kaki dirantai setiap malam pada saat festival berlangsung.
Kondisi menyedihkan Tikiri tertutupi oleh kostum festival. (Save Elephant Foundation)
Tidak ada masyarakat yang tahu, kekejaman yang tersembunyi dibalik kostum Tikiri. Sacred Tooth Relic — kuil Buddha yang menyelenggarakan festival tersebut, lewat juru bicaranya mengatakan kepada Metro bahwa Tikiri menderita "penyakit pencernaan" sehingga bobot tubuhnya tidak bisa bertambah, namun penyakit itu disebutnya tidak memengaruhi tenaga maupun kemampuan Tikiri.
Entah benar atau tidak, foto-foto Tikiri terlanjur beredar di Internet dan membuat netizen murka, menuntut agar Tikiri diperlakukan lebih baik serta mengutuk festival tersebut.
Kelompok pembela hak-hak hewan, PETA, mengatakan kepada BBC bahwa banyak gajah di Sri Lanka menderita dari "perlakuan serupa dan bahkan lebih buruk guna melayani industri pariwisata yang eksploitatif dan menyiksa".
Kelompok itu menyerukan penerapan undang-undang perlindungan hewan yang lebih ketat. Para turis juga diimbau untuk menjauhi tempat-tempat uang menawarkan layanan menunggang gajah atau pertunjukan gajah.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: BBC News Indonesia