Kondisi Gajah yang Menyedihkan Akibat Dipaksa Bekerja di Festival di Sri Lanka Selama Bertahun-tahun
IDWS, Kamis, 15 Agustus 2019 - Foto-foto menyedihkan akan seekor gajah yang begitu kurus tersebar di media sosial. Gajah tersebut sangat kurus hingga tulang-tulangnya kelihatan karena dipaksa bekerja dalam parade sepanjang hidupnya.
Tikiiri, seekor gajah betina berusia 70 tahun, bekerja bersama 60 gajah lainnya dalam Festival Perahera di Sri Lanka, meskipun tubuhnya lemah dan sakit-sakitnya.
Tikiiri saat 'bekerja' sebagai bagian dari sebuah festival Buddha
Festival agama Buddha yang berlangsung selama 10 hari itu juga menyajikan tontonan binatang yang didekorasi dengan kostum serta penari, pemain akrobat, hingga musikus.
Foto-foto menyedihkan Tikiiri dibagikan oleh Save Elephant Foundation (Yayasan Save Elephant) untuk memperingati Hari Gajah Sedunia pada Senin (13/8/2019).
Menurut yayasan tersebut, Tikiiri mengikuti parade festival tersebut setiap sore hingga malam selama 10 hari berturut-turut, di tengah-tengah kebisingan, kembang api dan asap festival. Ia harus berjalan selama beberapa kilometer setiap malam hanya agar orang-orang merasa diberkati selama festival tersebut.
Kondisi asli Tikiiri di balik kostumnya
Tak ada yang bisa melihat kondisi tubuh Tikiiri yang tersembunyi dalam kostum mengkilapnya. Kostum tersebut menyembunyikan kenyataan pahit. Tak ada yang menyadari tetesan air matanya akibat sinar terang yang mendekoresi topeng yang ia kenakan, tak ada yang memedulikan bagaimana ia kesulitan melangkah karena ada rantai yang menjerat kakinya.
Takiiri bekerja bagi Kuil Sacred Tooth Relic di Kota Kanda, Sri Lanka.
Yayasan itu meminta kepada orang-orang untuk menulis kepada Perdana Menteri Sri Lanka agar menghentikan kekejaman binatang tersebut. "Kita tidak dapat membawa kedamaian di dunia kepada para gajah bila kita masih berpikir foto-foto [Tikiiri] tersebut masih dapat diterima," tulis yayasan tersebut.
Organisasi non-profit Yayasan Save Elephant berfokus pada perawatan populasi gajah-gajah tangkapan di Thailand. yayasan itu didirikan oleh Sangdeaun Lek Chailert yang mulai menyerukan penyelamatan dan kelestarian gajah di Asia karena kecintaannya terhadap simbol nasional negaranya itu dan khawatir spesies gajah akan terancam kepunahan.
Yayasan Save Elephant menjalankan Elephant Nature Park, sebuah penangkaran gajah di Chiang Mai, utara Thailand, serta berbagai proyek perlindungan lainnya.
Organisasi World Animal Protection mengestimasi sekitar 3.000 ekor gajah digunakan untuk hiburan di Asia dengan 77 persen di antaranya diperlakukan dengan kejam.
Anehnya, Kuil Sacred Tooth Relic mengaku kepada Metro, bahwa mereka selalu memedulikan binatang saat festival berlangsung.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Daily Mail