Dua Insiden Penembakan Massal di El Paso dan Dayton di Amerika Serikat, 31 Orang Tewas
IDWS, Rabu, 7 Agustus 2019 - Dua insiden penembakan massal terjadi dalam kurun waktu kurang dari 24 jam merenggut setidaknya 31 nyawa dan sekitar 50 lainnya luka-luka. Tragedi ini mengguncang negara yang sudah lekat akan kontroversi hukum senjata apinya, Amerika Serikat.
Di El Paso, Texas, seorang pria menghampiri sebuah toko swalayan Walmart pada Sabtu (3/8/2019) pagi, lalu menembaki para pembeli dengan senapan semi-otomatis varian AK. 22 orang dilaporkan tewas dan 24 lainnya luka-luka. Menurut penyelidikan pihak berwajib, motif dari penembakan tersebut adalah rasisme di mana pelaku yang merupakan kulit putih dilaporkan hanya mengincar orang-orang Amerika Latin/Hispanik.
Foto dari Javier Rodriguez (dua dari kiri), 15 tahun, dan kawan-kawannya di memorial akan korban jiwa penembakan massal El Paso. Rodriguez merupakan satu dari 22 korban tewas. (Mark Ralston/AFP/Getty Images)
Tidak sampai 13 jam kemudian, sebuah penembakan masal lain terjadi di Dayton, Ohio, di distrik Oregon yang disesaki bar dan restoran. Seorang pria mengenakan pelindung badan dan topeng membuka tembakan dengan sepucuk senapan semi-otomatis kaliber .223 plus drum magasin peluru berisi 100 peluru. Pelaku datang bersama adik perempuannya yang kemudian bunuh dengan keji bersama 8 korban jiwa lainnya. 27 orang dilaporkan mengalami luka-luka.
Pelaku penembakan massal Dayton ditembak mati oleh polisi kurang lebih 30 detik setelah ia melontarkan peluru pertama, menurut kepolisian setempat. Motif dari pelaku belum diketahui.
Kedua pelaku sama-sama menggunakan senjata api yang mereka beli secara legal. Pihak berwajib gencar menyelidiki hubungan antara dua kasus penembakan massal tersebut.
FBI sendiri menyatakan kekhawatiran bahwa tragedi tersebut dapat memicu para ekstrimis lain terinpirasi untuk melakukan kejahatan yang sama, sehingga FBI mewanti-wanti publik untuk melaporkan tindakan mencurigakan yang mereka ketahui dari orang-orang di sekitar.
El Paso
Pelaku penembakan massal di El Paso telah dinyatakan sengaja mengincar para pembeli keturunan Latin/Hispanik di toko swalayan Walmart, menurut seorang saudara dari salah satu korban jiwa.
Mantan istri dari Christ Grant (50), mengatakan kepada El Paso Times bahwa Grant tengah berbelanja di sebuah toko dekat perbatasan AS-Meksiko ketika ia mengaku melihat pelaku sengaja menyasar orang-orang keturunan Latin dan membiarkan kulit putih dan kulit hitam meninggalkan toko.
Grant sendiri baru sadar dua hari setelah kejadian, di rumah sakit. Ia menceritakan kepada CNN bagaimana ia melihat orang-orang berlutut dan memohon pengampunan dalam bahasa Spanyol sebelum dieksekusi.
"Mereka (korban) berada di lantai, dan ia (pelaku) menembaki mereka di kepala. Mereka memohon, 'Please! Please! Jangan tembak saya.' Dan ia tidak peduli akan nyawa mereka, sama sekali," kata Grant kepada CNN. Grant sendiri merupakan orang kulit hitam.
22 pembeli Walmart tidak seberuntung Grant. New York Times telah mempublikasikan daftar dari sebagian korban jiwa dan latar belakang mereka. 13 korban jiwa dilaporkan merupakan warga negara AS, 7 warga Meksiko, 1 Jerman dan 1 lagi masih belum diketahui.
Pelaku dilaporkan masih berusia 21 tahun, warga Kota Allen di Dallas, sekitar 1046km dari El Paso. Media-media AS menyebutkan nama pelaku adalah Patric Crusius.
Rekaman CCTV menunjukkan pelaku penembakan massal di El Paso memasuki toko swalayan Walmart. (AFP)
Gambar CCTV di lokasi kejadian menunjukkan bagaimana pelaku menghampiri Walmart mengenakan kaus hitam, penutup telinga, dan menenteng senapan varian AK.
Pelaku disebut juga memposting sebuah deklarasi xenophobia (kebencian irasional atau ketakutan terhadap warga negara lain) di mana ia menyatakan mendukung pelaku penembakan Christchurch di Selandia Baru yang menewaskan 51 orang pada Maret lalu.
Dayton
Connor Betts, 24 tahun, melepaskan tembakan di kawasan distrik hiburan malam terkenal pada Minggu (5/8/2019) dini hari. Rekaman kamera keamanan menunjukkan lusinan orang berlomba melewati pintu klub malam Ned Peppers setempat. Beberapa detik kemudian, Betts terlihat berlari ke arah keramaian dan terkena tembakan polisi ketika dia mencapai pintu.
Polisi mengatakan Betts mengenakan pelindung tubuh dan tiba ke lokasi sambil membawa amunisi tambahan untuk senapan serbu kaliber .223.
"Seandainya orang ini berhasil melewati pintu Ned Peppers dengan persenjataan yang dimilikinya, bakal banyak orang menjadi korban," kata Kepala Kepolisian Dayton, Richard Biehl. Para pejabat mengatakan masih terlalu dini untuk berspekulasi tentang motif serangan itu.
Korban jiwa mencapai 9 orang dan 27 lainnya luka-luka. Salah satu korban jiwa adalah adik perempuan pelaku penembakan, Megan Betts (22). Korban jiwa lainnya menurut ABC News antara lain:
• Nicholas Cumer (25)
• Thomas McNichols (25)
• Lois Oglesby (27)
• Logan Turner (30)
• Beatrice Warren-Curtis (36)
• Saeed Saleh (38)
• Monica Brickhouse (39)
• Derrick Fudge (57)
Connor Betts, 24 tahun, yang diidentifikasi sebagai pelaku penembakan, melangsungkan aksinya menggunakan senapan semi-otomatis dan mengenakan pelindung tubuh di luar klub malam setempat, Ned Peppers.
Pelaku penembakan penembakan massal Dayton, Connor Betts, 24 tahun. (CBS News)
Hingga kini, motifnya belum diketahui. Namun, polisi tidak menemukan adanya indikasi "motif bias" terhadap kelompok tertentu dalam penembakan tersebut.
Pelaku tewas ditembak polisi saat mencoba menerobos masuk ke dalam klub malam itu.
(Stefanus/IDWS)