Mengulik Aplikasi FaceApp, Apakah Benar Berbahaya?
IDWS, Jumat, 19 Juli 2019 - Ada sesuatu yang mengganjal dari aplikasi populer FaceApp.
FaceApp merupakan aplikasi yang memungkinkan seorang pengguna mengedit fitur-fitur wajahnya sendiri. Dirilis pada 2017, aplikasi ini menjadi salah satu aplikasi paling banyka diunduh di dunia dan mencatatkan 80 juta pengguna aktif hingga saat ini.
Kepopuleran aplikasi ini membuat tagar #faceappchallange dan #agechallange jadi tren di media sosial di mana para pengguna membagikan versi tua dari wajah mereka. Popularitas aplikasi ini semakin melambung setelah beberapa selebriti internasional turut bergabung dalam tantangan itu, seperti Jonas bersaudara, LeBron James, James Marsden, Eoin Coifer dan Kim Taehyung dari BTS.
FaceApp dikembangkan oleh sebuah perusahaan startup bernama Wireless Lab yang berlokasi di St. Petersburg, Rusia. Hasil editan realistik dari aplikasi ini serta kemudahan penggunaan jadi salah satu alasan utama FaceApp diinstall di ponsel pintar. Aplikasi ini menggunakan AI (Artificial-Intelligence) untuk mengubah fitur-fitur wajah penggunanya. Pengguna dapat mengubah warna rambut, warna mata hingga warna kulit, memungkinkan pengguna mengubah wajah mereka jadi kelihatan lebih muda atau sebaliknya, atau malah menjadi orang yang benar-benar berbeda lewat bantuan aplikasi ini.
BIsa dibilang kreasi FaceApp merupakan bukti kejelian Yaroslav Goncharov — CEO dari Wireless Lab — dalam memanfaatkan kegemaran netizen sedunia membagikan foto.
"FaceApp terlahir dari pertemuan dua tren penting. Yang pertama adalah selalu bertambahnya nilai dari foto dan video. Ada sebuah opini bahwa cerita-cerita dari Snapchat, Instagram dan analog-analognya akan segera mematikan news feed seperti Twitter. Facebook sudah menuju ke arah itu," kata Goncharov dalam sebuah interview. Goncharov saat ini tengah fokus dalam sebuah tren teknologi yang disebut neural network yang hendak ia maksimalkan untuk mengembangkan program pengubahan wajah.
Apakah FaceApp berbahaya?
Seiring dengan memuncaknya popularitas FaceApp, para ahli teknologi dan hukum mulai menyuarakan kekhawatiran mereka akan adanya celah privasi pengguna yang terekspos oleh aplikasi tersebut. Hal utama yang disorot adalah term of service.
This is my favorite part of faceapp's terms of service. pic.twitter.com/iIwHqNAzoL — Justin Reynolds (@justinsocial) July 17, 2019
Di dalam term of service dari FaceApp, terdapat sebuah klausul di mana pengguna diharuskan untuk memberi izin bagi pengembang FaceApp untuk menggunakan foto-foto yang diunggah pengguna untuk tujuan apapun, kapanpun, dan di manapun, secara bebas nan gratis tanpa kompensasi.
Klausul tersebut juga menyebut kemungkinan untuk mempublikasikan informasi personal seperti lokasi dan username.
Seorang analis dari majalah Forbes, John Koetsier, mengatakan bahwa klausul FaceApp itu mirip dengan apa yang pernah ditargetkan oleh firma konsultasi politik Cambridge Analytica — yang memanen jutaan informasi pengguna lewat sebuah game di Facebook dan menggunakannya untuk mempromosikan kandidat-kandidat politik.
"Apa yang kita pelajari dalam beberapa tahun terakhir akan viralnya [kasus] aplikasi Facebook adalah bahwa data yang mereka (perusahaan teknologi informasi) kumpulkan tidak selalu digunakan untuk tujuan yang diperkirakan pengguna. dan data yang dikumpulkan juga tidak selalu disimpan dengan aman dan privat," tulis John Koetsier.
Ia juga menggaris bawahi bahaya mengunggah foto atau bentuk data lainnya ke "cloud".
"Begitu suatu konten terunggah ke cloud, kamu kehllangn kendali [akan konten itu] tanpa lisensi legal akan konten milikmu. Itulah salah satu alasan kenapa Apple yang cukup sensitif akan persoalan privasi selalu berusaha keras agar setiap program AI-nya bekerja di perangkat pengguna. Dan itu adalah alasan yang bagus untuk berhati-hati terhadap sebuah aplikasi yang ingin mengakses dan melisensi konten-konten digitalmu dan/atau identitasmu," tambahnya.
Jadi bisa dibilang FaceApp bisa saja (dan berhak) menggunakan segala sesuatu yang kalian unggah dalam aplikasinya untuk tujuan apapun tanpa kompensasi. Bila kalian merasa hal itu tidak berbahaya, maka itu tidaklah berbahaya. Mungkin kalian berpikir bahwa kemungkinan sangat kecil hal itu membawa masalah kepada kalian. Tapi untuk kamu yang merasa tidak nyaman akan fakta tersebut, bisa saja untuk segera menghapus aplikasi itu dari ponsel pintar kamu.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: interaksyon
Foto: FaceApp