Seorang Sopir Bus di Italia Membajak Serta Membakar Busnya Sendiri yang Ditumpangi 51 Anak-Anak di Italia
Sebuah bus yang ditumpangi 51 anak sekolah dibajak oleh sopirnya sendiri dan dibakar di dekat Kota Milan, Italia.
IDWS, Jumat, 22 Maret 2019 - Sebagian dari anak-anak itu diikat, namun untungnya mereka berhasil dikeluarkan lewat jendela belakang bus dan tidak ada korban jiwa maupun luka parah. Hanya 14 orang mengalami sesak nafas karena menghirup terlalu banyak asap.
Pelaku yang merupakan warga Italia asal Senegal berusia 47 tahun telah ditangkap.
Berdasarkan keterangan kepolisian, kejadian bermula ketika para siswa kelas dua di sebuah sekolah dasar di Valiati, Crema itu pulang dari acara olahraga didampingi tiga orang dewasa. Di tengah perjalanan, sopir bus tiba-tiba berubah haluan yang diperkirakan rute menuju bandara Linate Milan sebelum kemudian mengumumkan bahwa ia menyandera para penumpang.
"Tak ada yang keluar dari sini hidup-hidup," kata sopir itu sambil mengancam menggunakan sebilah pisau, menurut kesaksian anak-anak yang menjadi sandera.
Ketika sopir mulai mengancam para penumpang itulah, seorang anak laki-laki di dalam bus menenelepon orang tuanya yang kemudian melaporkan kejadian tersebut ke kepolisian. Petugas kepolisian bergegas menuju lokasi dan berusaha menghadang laju bus tersebut. Bus menabrak beberapa mobil polisi sebelum kemudian melambat.
Bus menabrak tiga mobil sebelum sopir bus tersebut keluar. (Foto: EPA)
Ketika bus berhenti, sang sopir melompat keluar dan menyalakan api setelah sebelumnya menyiram bus dengan bensin. Polisi berhasil memecahkan jendela belakang bus dan mengeluarkan penumpangnya sebelum bus dilalap api.
"Ini adalah sebuah keajaiban. Kejadian ini bisa saja jadi pembantaian. Sungguh suatu keajaiban mereka [anak-anak] masih hidup dan kita harus berterima kasih kepada Carabinieri (polisi militer) untuk itu," ungkap kepala jaksa Milan, Fransesco Greco. Sekarang pihak berwenang masih mempertimbangkan dakwaan terorisme terhadap tersangka, tambah Greco.
Pejabat Kementerian Dalam Negeri Italia menyelidiki kemungkinan untuk menyabut kewarganegaraan Italia si sopir, mengutip berita dari kantor berita AFP.
Alberto Nobili, kepala unit kontra terorisme, menjelaskan di kantor kejaksaan Milan dalam sebuah jumpa pers bahwa tersangka pernah dihukum karena menyerang orang lain serta berkendara dalam keadaan mabuk.
Para orang tua dari anak-anak korban penyanderaan bus menjemput putra putri mereka. (Foto: EPA)
Belasan anak dan dua orang dewasa dilarikan ke rumah sakit karena gangguan saluran pernafasan akibat terlalu banyak menghirup asap. Sementara itu sang sopir sekaligus pelaku, Ousseynou Sy, juga dirawat karena luka bakar di tangannya.
Di sela perawatannya, Sy mengatakan kepada pengacaranya bahwa ia "ingin menunjukkan konsekuensi dari kebijakan imigrasi." Sebuah dekrit yang dikeluarkan pada September lalu memudahkan pemerintah Italia untuk mendeportasi imigran serta mencabut kewarganegaraan mereka jika terbukti melakukan kejahatan serius.
Sikap anti imigran Italia
Sejak berkuasa pada Juni 2018, partai Liga yang berhaluan kanan dan partai populis Gerakan Lima Bintang telah menunjukkan sikap anti-imigrasi yang kua. Berada di garis depan para imigran yang menyeberangi Laut Mediterania menuju Eropa, Italia berusah menutup pelabuhannya bagi perahu migran.
Pada Selasa (19/3), sekitar 50 orang diselamatkan oleh sebuah kapal amal dari perahu karet di lepas pantai Libya dan di bawa ke pulau Lampedusa di Sisilia. Otoritas Italia memerintahkan agar kapal tersebut disita dan membuka penyelidikan atas dugaan membantu menyusupkan imigran gelap.
Pada awal Maret ini, sekitar 200 ribu orang menghadiri unjuk rasa anti-rasisme di Milan.
Badan kontra-terorisme Italia menegaskan bahwa nama Sy tak ada dalam radar teroris. Menurut mereka, Sy memang hanya menjalankan aksinya murni karena motifnya pribadi.
(Stefanus/IDWS)