Gara-gara Typo, Hacker Ini Gagal Raup Uang Rp 1 Triliun
Bank Sentral Bangladesh kebobolan uang uang senilai USD 81 juta atau sekitar Rp 1 triliun yang diduga diraup oleh komplotan hacker. Seperti di film-film, penjahat cyber yang mengambil uang Bank tersebut kini belum diketahui keberadaannya.
Kejadian itu berawal dari bulan Februari 2016 lalu yang dilakukan oleh sekelompok hacker yang melakukan transfer uang palsu yang jumlahnya tidak sedikit yakni USD 951 juta dari akun bank itu di Federal Reserve Bank of New York. Untungnya sebagian besar transfer sudah diblokir karena sang hacker salah menulis rekening penerima. Kesalahan yang cukup ceroboh dilakukan yakni dalam penulisan yang seharusnya di tulis foundation tapi si hacker menulis fandation.
Kesalahan penulisan itulah yang membuat pihak bang kedua yakni Deutsche Bank curiga, akhirnya mereka membatalkan pengiriman uang tersebut dan cyber crime itupun terkuak. Yang membuat penyelidikan menjadi sulit dilakukan, karena bank yang bersangkutan tidak memiliki perlindungan yang kuat terhadap sistemnya, bahkan bank tersebut tidak memiliki firewall di sistem bank tersebut. Kemudian, mereka hanya menggunakan router bekas senilai USD 10. Nah, inilah yang membuat pihak kepolisian merasa kesulitan untuk melacak darimana hacker itu berasal.
"Anda membicarakan soal organisasi yang memiliki akses pada miliaran dolar uang dan mereka tidak melakukan pengamanan yang paling dasar sekalipun," kritik Jeff Wichman, dikutip dari Detik.
Sejak kasus pengiriman uang siluman itu belum ada satupun pelaku yang berhasil ditangkap. Bahkan, dalam menyelidiki kasusu ini pun Pihak Kepolisian sudah mengidentifikasi sedikitnya 20 orang asing yang diduga terlibat pencurian tersebut.
Ironisnya, dalam kasus ini Direktur dan beberapa pejabat tinggi yang bekerja di sana mengundurkan diri karena adanya salah menyalahkan.
Abul Maal Abdul Muhith selaku Kementerian Keuangan Bangladesh menegaskan bahwa pihaknya akan segera menuntut kepada Federal Reserve Bank of New York karena tidak melihat sesuatu yang mencurigakan dalam transaksi palsu para hacker itu.
"The Fed harus bertanggung jawab," katanya.