Pemilu Ukraina: Ketika Seorang Pelawak Tanpa Pengalaman Politik Terpilih Menjadi Presiden
IDWS, Selasa, 23 April 2019 - Jarang sekali ada orang tanpa pengalaman politik terpilih menjadi kepala negara. Apalagi kalau profesi aslinya adalah seorang pelawak, itu mencalonkan diri atau sengaja jadi bahan guyonan? Tapi jangan buru-buru nge-judge dulu ya. Siapa bilang pelawak nggak bisa jadi presiden?
Tak jauh beda dengan kita, Ukraina juga baru saja selesai melangsungkan pemilihan presiden (pilpres) mereka, dan menariknya, salah satu calon presiden (capres) yang turut bertarung dalam pilpres Ukraina adalah seorang pelawak.
Pelawak Volodymyr Zelensky, menurut indikasi exit polls diproyeksikan menang telah dalam pemilihan presiden di negerinya dengan lebih dari 70% suara, mengungguli petahana Petro Poroshenko yang hanya memperoleh sekitar 25% suara.
(BBC Indonesia)
Hasil pemilihan presiden (pilpres) ini menarik perhatian karena zelensky sebelumnya tak pernah punya latar belakang maupun pengalaman berkecimpung di dunia politik sama sekali. Lantas, bagaimana dia bisa menggaet mayoritas suara rakyat Ukraina?
Volodymyr Zelensky dikenal sebagai seorang pelawak sekaligus aktor dalam serial drama satire berjudul "Pelayan Rakyat." Uniknya, dalam drama tersebut ia berperan menjadi seorang guru yang tak disangka-sangka terpilih menjadi presiden.
Bermodal ketenarannya sebagai aktor dan pelawak, Zelensky pun mendirikan partai dan mencalonkan diri menjadi presiden. Mungkin karena timing yang tepat, Zelensky sanggup memenangkan hati banyak rakyat negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Kisah dalam drama satire yang ia perankan di mana dirinya menjadi presiden, kini benar-benar terwujud di dunia nyata.
"Saya tidak akan mengecewakan anda. Saya belum resmi menjadi presiden. Tapi sebagai warga Ukraina, saya bisa bilang kepada semua negara bekas Uni Soviet: Lihat kami. Segala sesuatu itu mungkin!" ungkap Zelensky dalam sebuah pidato di hadapan pendukungnya pada Minggu (21/4/2019).
Volodymyr Zelensky tengah melambaikan tangan. (Foto: EPA)
Menilik hasil perhitungan jajak pendapat, Zelensky hampir dipastikan akan menjadi presiden Ukraina untuk lima tahun ke depan menggantikan petahana Petro Poroshenko yang telah berkuasa sejak 2014.
"Hasil pemilu menyisakan ketidakpastian [dan] ketidakjelasan. Saya akan meninggalkan jabatan, tapi saya hendak menegaskan — saya tidak akan berhenti dari dunia politik," aku Poroshenko.
Sebelumnya, Poroshenko terpilih setelah rakyat Ukraina menginginkan dilengserkannya pemerintahan pro-Rusia. Pada Maret 2014, pasukan Rusia mencaplok Semenanjung Krimea yang sebelumnya merupakan wilayah Ukraina — langkah yang dikecam dunia internasional. Sejak saat itu, pasukan Ukraina terus melawan kelompok separatis dan relawan yang disokong Rusia di bagian timur.
Petahana Petro Poroshenko harus mengaku kalah dari Zelensky. (Foto: GETTY IMAGES)
Poroshenko sepertinya masih tak bisa lapang dada akan kekalahan telaknya tersebut. Dalam cuitannya, ia menulis "seorang presiden Ukraina yang tak punya pengalaman...dapat dengan cepat mengembalikan lingkaran pengaruh Rusia."
Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev mengatakan bahwa kemenangan Zelensky bisa menjadi pintu masuk untuk kembali menghangatkan hubungan Ukraina-Rusia, meski ia juga menggaris bawahi pengalaman politik Zelensky yang bisa dibilang nol besar.
Zelensky sendiri mengatakan dalam jumpa pers bahwa dirinya akan "memulai dari awal" perundingan damai dengan kelompok separatis Rusia.
Mengenal lebih jauh Volodymyr Zelensky
Volodymyr Zelensky membintangi drama satire berjudul "Pelayan Rakyat" di mana ia memerankan tokoh seorang guru yang tak sengaja menjadi presiden Ukraina. Tokoh tersebut diceritakan terpilih setelah ucapannya mengenai korupsi menjadi viral di media sosial.
(REUTERS)
Zelensky kemudian menggunakan ketenarannya tersebut untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Bahkan nama partai politik yang ia dirikan sama dengan judul drama yang ia bintangi. Sadar tak punya pengalaman politik, Zelensky berfokus kepada perbedaan dirinya dengan kandidat-kandidat lain dari pada mengedepankan ide-ide kebijakan yang konkret.
Strateginya terbukti jitu. Pada putaran pertama, ia berhasil menang dengan lebih dari 30% suara atau hampir dua kali lipat dari raihan suara Poroshenko yang hanya sebesar 15,95% suara.
Zelensky berikrar membasmi korupsi, kolusi dan nepotisme serta pengaruh oligarki di Ukraina. (Foto: EPA)
Para analisis menyakini gaya informal Zelensky serta ikrarnya untuk membersihkan politik Ukraina dapat diterima para pemilih yang tidak setuju dengan kepemimpinan Poroshenko. Mengesampingkan taktik kampanye konvensional, Zelensky memanfaatkan karakter yang ia perankan di televisi dengan berjanji mengakhiri korupsi dan melepaskan cengkeraman oligarki (pengusaha yang punya pengaruh politik) di Ukraina.
Para ahli menilai mereka yang mendukung Zelensky merupakan rakyat yang sudah muak dengan kiprah politikus lama serta praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Sementara itu, pihak oposisi pesimis dengan rekam jejak Zelensky sekaligus khawatir karena ia dikenal dekat dengan miliuner Ihor Kolomoyskyi. Mereka mengutarakan keraguan bahwa Zelensky sanggup meredam kaum oligarki dan menghadapi Presden Rusia Vladimir Putin.
(stefanus/IDWS)
Sumber: BBC Indonesia