Naiknya Ketinggian Air Laut Akibat Perubahan Iklim Mengancam Jaringan Internet Global
IDWS, Rabu, 6 Februari 2019 - Naiknya ketinggian air laut mengancam lebih dari 4.000 mil (kurang lebih 6.500 km) kabel fiber optik yang terkubur di wilayah pesisir Amerika Serikat.
Dilansir dari weforum.org, Seattle menjadi satu dari tiga kota yang paling beresiko mengalami gangguan koneksi internet.
Efek dari air laut yang diproyeksikan oleh NOAA untuk kota New York tahun 2033. Kabel-kabel fiber optik yang digambarkan dengan garis hijau, hitam, dan merah tampak terendam oleh air laut yang berwarna biru. (Sumber: Paul Barford/UW-Madison)
Asisten profesor jurusan ilmu komputer dan informasi Universitas Oregon, Ramakrishnan Durairajan, mewanti-wanti bahwa kerusakan paling parah dapat terjadi dalam 15 tahun ke depan. Strategi-strategi untuk menanggulangi masalah tersebut harus segera disiapkan dan diimplementasikan.
"Mayoritas kerusakan yang baru akan terjadi dalam 100 tahun ke depan akan terjadi jauh lebih cepat," tuturnya.
Durairajan memimpin sebuah studi yang mempelajari resiko perubahan iklim terhadap koneksi internet.
Analisis kami adalah konservatif, di mana kami hanya melihat data-data statik pada infrastruktur untuk memperoleh pandangan akan resiko (kerusakan kabel fiber optik). Ketinggian air laut meningkat karena beberapa faktor, seperti tsunami, badai, gempa bumi — semua yang berpotensi menambah beban infrastruktur yang sejatinya sudah beresiko tinggi (mengalami kerusakan). — Ramakrishnan Durairajan, dikutip dari weforum.org.
Studi tersebut menyimpulkan bahwa pada 2033, lebih dari 1.100 pusat jaringan internet akan terendam air. New York dan Miami adalah dua kota selain Seattle yang juga menghadapi resiko kerusakan jaringan internet karena naiknya ketinggian air laut. Akan tetapi patut dicatat bahwa dampak dari masalah ini sangat berpotensi mengganggu jaringan komunikasi global, tak hanya di AS saja.
Efek ketinggian air laut pada infrastruktur internet kota Miami tahun 2033, diproyeksikan oleh NOAA. (Sumber: Paul Barford/UW-Madison)
Paul Barford, seorang ilmuwan komputer di Universitas Wisconsin-Madison sekaligus penasehat akademik Durairajan mengungkapkan keterkejutannya. "(Penelitian) itu mengejutkan kami. Ekspektasi awal bahwa kita masih punya 50 tahun untuk bersiap menghadapinya. Ternyata kita tak punya waktu sebanyak itu."
Efek ketinggian ar laut pada infrastruktur internet kota Seattle tahun 2033, diproyeksikan oleh NOAA. (Sumber: Paul Barford/UW-Madison)
Barford yang juga adalah seorang ahli internet fisik berpendapat bahwa infrastruktur internet seperti kaber fiber optik, pusat data, lalu lintas data, dan titik-titik terminasi yang merupakan urat nadi bagi jaringan internet semuanya terancam oleh naiknya ketinggian air laut. "Yang harus kita lakukan pertama adalah memperkuat infrastruktur, karena menghalangi naiknya ketinggian air laut sangatlah sulit."
Studi yang dipimpin Durairajan itu mengombinasikan data dari Internet Atlas, sebuah peta global yang memetakan struktur fisik internet secara mendalam, dengan proyeksi ancaman naiknya ketinggian air laut oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Akar dari masalah ini terjadi saat pesatnya pertumbuhan internet pada tahun 1980an, menurut Durairajan. Sebab, ancaman perubahan iklim tidak diperhitungkan saat membangun infrastruktur internet kala itu.
Seiring dengan berjalannya waktu, makin banyak infrastruktur lain yang dibangun di atas jaringan kabel fiber optik bawah tanah tersebut. Meski kabel-kabel itu didesain tahan air, namun tidak seperti kabel bawah laut, mereka tidak sepenuhnya kedap air.
(stefanus/IDWS)
Sumber: weforum.org