Sebuah Drone Menemukan Penjara Paus di Rusia Timur
Sudah diburu dari dulu
IDWS, Senin, 10 Desember 2018 - Paus sudah menjadi buruan manusia sejak lama. Hal ini terjadi karena hampir seluruh bagian tubuh dari raksasa samudra tersebut bermanfaat terutama lemaknya yang bisa digunakan sebagai bahan bakar, seperti dalam film In the Heart of the Sea tahun 2015. Akibatnya, paus pun diburu dan dibunuh tanpa ampun, dan baru pada tahun 1987 lah, memburu paus dilarang di Amerika Serikat.
Sampai hari ini, masih banyak praktik memburu paus di sejumlah negara, yang menerima tekanan internasional untuk melarang kegiatan tersebut.
Sayangnya, kerusakan parah sudah terlanjur terjadi. Akibat dari beberapa abad praktik pemburuan paus tanpa diskriminasi, jumlah paus di seluruh dunia turun hingga hanya 40% dari jumlah mereka sebelum praktik tersebut dimulai. Menurut penilitian, dengan tingkat konservasi sekarang ini, populasi paus dunia baru bisa kembali seperti sebelum praktik memburu paus dimulai adalah pada tahun 2100 atau lebih dari 80 tahun lagi.
Dan sekarang, terdengar kabar mencengangkan dari Rusia timur.
‘Whale prison’ discovered by drone in Far East Russia pic.twitter.com/gkZBVmYwVp — RT (@RT_com) November 8, 2018
Sebuah drone memergoki kurungan ilegal seperti penjara di dalam air di mana sejumlah paus pembunuh dan paus beluga berada di dalamnya. Diasumsikan, hewan-hewan tersebut, bersama jenis lain seperti Narwhal dan paus pembunuh muda dijual secara ilegal ke aquarium-aquarium di China.
Tak hanya paus yang jadi korban
Adalah hal yang patut untuk diingat, bahwa sekarang ini alasan utama dari pemburuan satwa dilindungi seperti badak hitam, gajah, serta harimau, semua karena tingginya permintaan dari China. Dari tiga satwa tersebut, Badak Hitam Afrika telah lebih dulu punah dan populasi harimau serta gajah juga terus menurun.
Kota di mana "penjara paus" tersebut ditemukan adalah Kota Nakhodka, Rusia timur.
Pada era modern seperti sekarang, penangkapan paus diperbolehkan hanya untuk dua tujuan: pertama, untuk edukasi, dan kedua untuk sains alias ilmu pengetahuan. Sepertinya para pelaku menggunakan celah-celah dalam peraturan untuk melakukan aksi biadab mereka tersebut.
Perusahaan yang terdaftar menyewa fasilitas tersebut dilaporkan telah mengekspor setidaknya 13 paus pembunuh ke China pada periode 2013-2016.
Terlihat dari rekaman video, makhlut laut tersebut diangkat dengan crane. Hal ini tentunya sangat menyiksa bagi para paus. Sayangnya meski telah diinvestigasi, praktik penangkapan paus ilegal masih memperkeruh samudra di dunia.
Memburu paus berakibat pada perubahan iklim
Pemburuan paus juga merupakan salah satu penyebab dari perubahan iklim global dan efek gas rumah kaca.
Paus, karena ukurannya yang besar, membawa karbon yang terperangkap di kedalaman laut ke permukaan dan diserap oleh plankton dengan zat hijau daun yang berfotosintesis di permukaan, membuat plankton tersebut dapat melepaskan banyak oksigen ke udara. Selain itu, tulang belulang paus sangatlah besar dan berat sehingga membuat paus tenggelar ke dasar laut ketika tutup usia. Saat seekor paus mati, ia juga membawa karbon dalam jumlah masif ke dasar laut, dalam bentuk kalsium karbonat yang membentuk tulang belulang mereka.
Paus adalah bagian integral dalam keseimbangan global. Fakta bahwa manusia merusak populasi mereka hingga tak bisa diperbaiki dalam waktu dekat sama saja dengan manusia menggali kuburnya sendiri. (Stefanus/IDWS)