5 Rahasia Jepang Menjaga Kebersihan dan Keindahan Kota
IDWS, Minggu, 3 Januari 2019 - Para turis asing yang berkunjung ke Jepang biasanya terkejut akan satu hal, keindahan serta kebersihan dari kota-kota di Neger Sakura.
Entah siang atau malam, tempat-tempat seperti Shibuya atau Shinjuku selalu dijejali banyak orang di mana jaringan kereta api di di Jepang merupakan salah satu yang terbesar dari segi jumlah penggunanya. Namun yang mengejutkan adalah nyaris tidak adanya tempat pembuangan sampah di setiap sudut kota, tapi setiap area masih tetap bersih dan sedap dipandang.
Hal ini sangat luar biasa mengingat kepadatan penduduk yang berlalu lalang di jalanan setiap harinya. Adakah kota besar lain di dunia dengan jumlah penduduk hampir 9,3 juta orang namun tetap dapat menjaga kebersihannya seperti Tokyo tanpa tempat pembuangan sampah di setiap sudutnya?
Memang pastinya tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk Jepang. Akan tetapi rahasia dari kebersihan serta keindahan kota-kota di sana patut dan sangat layak untuk kita, orang Indonesia, tiru. Siapa sih yang nggak suka melihat pemandangan yang indah dan bersih setiap kali berangkat atau pulang kerja?
Yuk kita telaah lagi apa saja rahasia Jepang menjaga kota-kotanya tetap indah dan bersih!
1. Menjunjung Tinggi Perilaku "Bersama Kita Jaga Kebersihan Kota dan Tempat Umum", Bukannya "Orang Lain Akan Melakukannya"
Di Jepang, sistem edukasi di sana selalu meluangkan waktu di sekolah untuk bersama-sama membersihkan area sekolah, baik di dalam maupun luar ruangan. Mulai dari Sekolah Dasar dan tingkatan-tingkatan selanjutnya hal ini selalu ditekankan. Kebijakan ini berhenti di Universitas karena setelah menjalani 12 tahun pendidikan dasar, siswa-siswi di sana telah memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan tempat mereka menimba ilmu.
Dengan sistem pendidika yang mewajibkan kegiatan bersih-bersih ini, sekolah-sekolah tak perlu mempekerjakan tukang kebun atau Office Boy untuk membersihkan sekolah. Biasanya seluruh siswa berpartisipasi membersihkan sekolah pada jam istirahat sesudah makan siang.
Umumnya para siswa dibagi dalam beberapa grup di mana setiap grup memiliki pemimpin masing-masing yang bertanggung jawab memastikan anggota grupnya — dan dirinya sendiri — menjalankan kewajiban mereka.
Sebagai hasilnya, setiap murid sekolah di Jepang mempelajari dan berpartisipasi dalam kegiatan bersih-bersih sejak dini dan hal ini menanamkan kesadaran serta pandangan bahwa kebersihan harus diemban bersama-sama, di mulai dari diri sendiri.
Contoh paling mudah ditemui adalah "Meninggalkan suatu tempat lebih bersih dibandingkan ketika kita mendatangi tempat itu", suatu hal yang bertolak belakang dengan Indonesia ketika KFC meminta para pelanggan membersihkan dan merapikan meja serta piring mereka sendiri sesudah makan dan malah ditanggapi dengan kecaman keras.
2. Pemikiran Kolektif Orang Jepang Serta Rasa Tanggung Jawab Ketika Menemui Sampah
Tentunya di setiap negara orang-orang tidak membuang sampah di jalan seenaknya sendiri. Selalu ada norma dan moral untuk membuang sampah pada tempatnya, dan hal ini telah menjadi akal sehat di penjuru Bumi. Akan tetapi masalah muncul ketika tempat pembuangan sampah sudah penuh, atau berada lumayan jauh. Seringkali, orang-orang memilih membuang sampah mereka sembarangan dan berasumsi akan ada orang yang membersihkannya.
Perbedaan terbesar bagaimana memperlakukan sampah antara Jepang dan negara-negara lainnya, adalah pemikiran kolektif rakyat Jepang yang lebih menekankan perilaku suatu kelompok dari pada individual di sana.
Salah satu contoh misalnya, ketika mayoritas orang memiliki pendapat yang sama dalam suatu masalah, maka pendapat tersebut dianggap benar. Budaya ini disebut migi ni naru, sebuah ekspresi yang digunakan dalam militer ketika membentuk formasi pasukan di mana istilah itu mengacu pada berbaris sejajar dengan menyesuaikan posisi seseorang dengan temannya yang berada di sisi kanannya. Hal ini juga sering diajarkan di Indonesia, terutama saat upacara bendera.
Dan karena setiap individu berpendidikan di Jepang telah ditanamkan kesadaran mengelola sampah mereka sendiri, maka dalam suatu kelompok masyarakat, adalah salah ketika seseorang membuang sampah sembarangan karena mayoritas anggota kelompok tersebut memiliki pemikiran kolektif yang sama: Bertanggung jawab menjaga kebersihan yang dimulai dari mengelola sampah yang dihasilkan masing-masing individu. Individu yang melanggar akan mendapat hukuman masyarakat atau paling parah, dikucilkan namun hal ini hanya terjadi pada kasus-kasus ekstrim.
Hal ini lah yang sangat membedakan Jepang dengan, katakanlah, Indonesia. Di Indonesia, adalah umum membuang sampah sembarangan apabila tidak ada tempat pembuangan sampah yang dekat. Dari anak kecil hingga orang tua telah tertanam pemikiran tersebut, membuat orang-orang di Indonesia cenderung tak mau tahu dan membuang sampah mereka sembarangan, bahkan kadang sekalipun ada tempat sampah yang telah disediakan di dekatnya.
Yang lebih menggelikan lagi di Indonesia, bahwa mengingatkan orang untuk membuang sampah tak jarang malah dikecam. Penulis pribadi pernah beberapa kali merasakannya.
3. Orang-Orang Jepang secara sukarela Mengikuti Peraturan dan Memisahkan Sampah Mereka Sesuai Kategori
Rasa apresiasi yang tinggi akan keindahan dan kebersihan masyarakat Jepang membuat mereka memiliki peraturan yang ketat soal sampah. Terdapat pembagian hari untuk mengumpulkan jenis sampah yang berbeda-beda seperti sampah yang bisa dibakar, tak bisa dibakar, kaleng, botol, plastik, kertas, dan lain-lain. Hal ini membuat perlunya beberapa tempat sampah pada setiap rumah agar memudahkan petugas kebersihan yang mengumpulkan sampah-sampah tersebut.
Hal yang sama juga berlaku di sekolah dan tempat-tempat umum lainnya serta telah ditanamkan sejak dini kepada siswa-siswi sekolah. Karena itu ketika beranjak dewasa, orang-orang jepang dengan sadar akan memilah-milah sampah yang mereka hasilkan dengan sendirinya.
Contoh dari perilaku ini juga terlihat di stasiun-stasiun Jepang. Meski bukan soal sampah, namun esensinya tetap sama. Orang-orang Jepang dengan sukarela mengantre masuk ke kereta pada garis yang telah ditentukan, dan mereka tak sungkan menunggu orang-orang dari dalam kereta untuk keluar lebih dulu. Barulah orang-orang yang mengantre tadi memasuki kereta dengan teratur. Hal yang tak pernah terlihat di Indonesia.
4. Kebijaksanaan Orang Jepang Hidup di Negara Kecil Serta Tanggung Jawab Individu Akan Sampah
Kesadaran dan kepercayaan membuang sampah pada tempatnya merupakan tanggung jawab individu eksis dalam hampir semua orang Jepang. Hal ini datang dari fakta bahwa Jepang adalah negara yang kecil, di mana luas dari seluruh daratannya (377,914 km2) lebih kecil dari California (423,971 km2). Tokyo hanya memiliki luas 2,188 km2 namun merupakan salah satu kota terpadat di dunia.
Tentunya tak hanya Tokyo saja kota-kota di Jepang yang jarang memiliki tempat pembuangan sampah umum, namun bila dibandingkan dengan populasinya, jumlah tempat pembuangan sampah bisa dibilang sangat amat sedikit di sana.
Karena alasan itu, orang-orang Jepang sadar bahwa tanggung jawab membuang sampah harus diemban oleh setiap individu jika ingin menjaga kebersihan dan keindahan. Saking kentalnya rasa tanggung jawab ini, sudah menjadi seperti pemikiran alam bawah sadar bagi mereka. Mendidik anak-anak akan tanggung jawab tersebut sekaligus memberi contoh yang baik, tak hanya "omong doang".
5. Aktivitas-Aktivitas Sukarela Dalam Komunitas, Sekolah, Kota, Atau Perusahaan
Ini adalah poin di mana Jepang membawa apresiasi terhadap kebersihan dan keindahan ke tingkat yang lebih tinggi lagi dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Rasa tanggung jawab membuang sampah tidak hanya eksis dalam individu, namun juga setiap kelompok masyarakat, baik besar maupun kecil, di Jepang juga menggalakkan rasa tanggung jawab tersebut.
Dalam sebuah kompleks biasanya telah diatur siapa saja yang mendapat jatah membersihkan kompleks dan jadwalnya dibuat seadil mungkin. Pegawai perusahaan-perusahaan di Jepang juga tak ragu membersihkan sendiri tempat kerja mereka sebelum mulai bekerja. Selain itu perusahaan-perusahaan di sana juga sering kali mengadakan acara kebersihan bersama para pegawainya.
Dengan sistem berkelanjutan mulai dari usia dini hingga dewasa, dari individu hingga satu kota, membuat Jepang menjadi salah satu negara dengan kota-kota terbersih dan terindah di dunia, yang patut untuk dijadikan contoh serta acuan bagi negara-negara lainnya terutama Indonesia.
Jika semua orang menjaga kebersihan dan bertanggung jawab atas sampah mereka masing-masing, siapa yang tak malu untuk membuang sampah sembarangan, kecuali orang-orang yang tak punya malu?
(stefanus/IDWS)
Sumber & seluruh foto: Live Japan