Bangkai Seekor Paus Sperma Dengan Perut Berisi Sampah Plastik Ditemukan Terdampar di Sulawesi
Kondisi membusuk dan perut penuh sampak plastik
IDWS, Rabu, 21 November 2018 - Bangkai seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan terdampar di Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara, pada hari Senin (19/11/2018) dalam kondisi membusuk. Yang menjadi sorotan banyak pihak adalah ditemukannya 5,9 kilogram sampah plastik pada perut paus tersebut.
Bangkai paus sperma yang terdampar di perairan Pulau Kapota, Wakatobi dan ditemukan pada hari Senin (19/11/2018). (Foto: WWF-Indonesia/Kartika Sumolang)
Penemuan bangkai paus sperma tersebut berawal saat Taman Nasional Wakatobi SPTN (Seksi Pengelolaan Taman Nasional) Wilayah I Wangi-Wangi menerima laporan dari anggota staf WWF SESS tentang adanya bangkai paus yang terdampar di perairan Pulau Kapota, Resort Wangi-Wangi. Personel SPTN Wilayah I bersama WWF SESS, tim dosen Akademi Komunitas Perikanan dan Kelautan (AKKP) Wakatobi, serta masyarakat sekitar lalu melakukan peninjauan lapangan sekitar pukul 08.00 Wita.
5,9 kg sampah plastik ditemukan di dlm perut paus malang ini! Sampah plastik yaitu: plastik keras (19 pcs, 140 gr), botol plastik (4 pcs, 150 gr), kantong plastik (25 pcs, 260 gr), sandal jepit (2 pcs, 270 gr), didominasi o/ tali rafia (3,26 kg) & gelas plastik (115 pcs, 750 gr). pic.twitter.com/ZFWZgkbnzu — WWF-Indonesia (@WWF_ID) November 19, 2018
Dilansir dari WWF (World Wildlife Fund) Indonesia, paus sepanjang 9,5 meter dengan lebar 4,37 meter itu menelan berbagai limbah plastik seperti plastik keras, botol plastik, kantong plastik, sandal jepit, dan gelas plastik dengan jumlah setidaknya 165 biji serta tali rafia seberat 3,26 kg.
Meskipun kami belum bisa mengidentifikasi penyebab kematiannya, fakta yang kita lihat (perut paus penuh sampah plastik) sangat menyedihkan. — Dwi Suprapti, koordinator konservasi spesies laut, ketika dimintai konfirmasi oleh detiknews.
Masyarakat dihimbau untuk tidak lagi mendekati bangkai paus
Menurut Dwi, terkait dugaan kematian paus akibat sampah plastik, WWF belum bisa menyimpulkannya karena tidak melakukan nekropsi (pembedahan) secara langsung dan tidak mendapatkan informasi detal, sehingga tidak mengetahui secara pasti titik persebaran sampah tersebut di saluran pencernaan paus sperma tersebut, apakah menyumbat, menginfeksi, dan lain sebagainya. Sebab dalam beberapa kasus, mekanisme tubuh makhluk hidup dapat mengeluarkan benda asing secara natural dengan catatan jumlahnya tidak terlalu banyak, tidak menyumbat saluran pencernaan, serta tidak menyebabkan infeksi atau meracuni tubuh.
Maka dari itu, indikasi kematian oleh asupan limbah plastik masih sebatas kemungkinan dan belum dapat dipastikan karena tidak dapat dilakukannya pengamatan komprehensif lantara kondisi bangkai paus yang sudah kode 4 alias pembusukan tingkat lanjut, begitu pula kondisi tubuh paus yang sudah tidak utuh. Nekropsi tidak bisa dilakukan sehingga analisis terputus pada proses penemuan.
WWF pun mengimbau kepada masyarakat apabila ada kasus paus terdampar, sebaiknya tidak lagi didekati tanpa menggunakan perlengkapan perlindungan diri (personal protect equipment/PPE) karena selain mengganggu proses analisis, bangkai paus juga dapat membawa penularan bibit penyakit baik bakteri, virus, maupun mikrobial lain. Apalagi jika kondisi bangkai sudah membusuk, sehingga bakteri-bakteri pembusuk juga bisa masuk ke tubuh manusia, baik lewat kontak langsung atau saluran pernafasan. (Stefanus/IDWS)
Sumber: detiknews, grid.ID