Asosiasi Komik Indonesia (AKSI) Resmi Berdiri Dengan Visi Menjadikan Komik Indonesia Sebagai Identitas Budaya Bangsa di Ranah Internasional
Asosiasi Komik Indonesia (AKSI) resmi dideklarasikan pada hari Selasa, 24 April 2018 lalu bertempat di Swillhouse SCBD, Jakarta Selatan. Asosiasi ini dideklarasikan oleh para pengelola intellectual Property Tanah Air, baik komikus maupun perusahaan, yang berfokus pada media komik diantaranya adalah; Bumilangit (Pemilik Intellectual Property karakter-karakter komik lokal legendaris seperti Si Buta, Gundala, Godam, dll), PIONICON (Si Juki), Octopus Garden (Mice Cartoon), Infia (Komikin Ajah), FranKKomiK (Setan Jalanan), Skylar Komik (Volt & Valentine), Ciayo Comics (Heartbeat & Blue Serenade), re:ON Comics (Grand Legend Ramayana & Galauman), Kosmik (Manungsa & Wanoja), dan Padma Pusaka (Nusa Five).
Pembentukan asosiasi ini menempuh perjalanan yang panjang. Pertama digagas pada tahun 2014, wacana pun akhirnya digulirkan hingga akhirnya baru pada 24 Aprik 2018, Asosiasi Komik Indonesia (AKSI) ini dapat dideklarasikan. Visi dari AKSI ialah untuk menjadikan industri komik Indonesia sebagai bagian dari Strategi Budaya Nasional di Ranah Internasional dan dapat membangun ekosistem industri komik Indonesia.
Selain dihadiri oleh para pelaku industri komik Indonesia, deklarasi asosiasi ini juga turut serta dihadiri oleh kepala BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif), Triawan Munaf.
Ketua BEKRAF, Triawan Munaf (tengah) dalam deklarasi Asosiasi Komik Indonesia alias AKSI.
Triawan Munaf menyambut baik didirikannya AKSI. Sebagai kepala BEKRAF, Triawan Munaf menyatakan bahwa sejak 2015 ia telah mengenal baik para pelaku di industri komik sebagai salah satu bagian dari ekonomi kreatif. Baginya komik telah menjadi salah satu bagian dalam kehidupannya. "Saya ingat sekali waktu kecil di saat saya sakit, komik-komik karya komikuk Indonesia pada jaman itu menjadi teman setia yang selalu menghibur saya," tutur beliau.
Bagi Triawan Munaf, dalam ekonomi kreatif Indonesia, komik memiliki potensi yang begitu besar. Eksistensi komik di Indonesia sudah tidak bisa dipandang sebelah mata. Saat ini komik lokal dapat dengan mudah ditemui di toko buku, atau dibaca secara online melalui berbagai platform seperti PC atau ponsel pintar. Pertumbuhan industri komik Tanah Air yang sudah semakin signifikan ini menunjukkan bahwa komik Indonesia memiliki potensi yang sangat besar.
Menurut Triawan Munaf, ekonomi kreatif di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran komik karya lokal. Komik Indonesia telah menjadi hulu bagi sektor ekonomi kreatif Tanah Air. "Sinergi dari berbagai sub-sektor di ekonomi kreatif ini akan memperkuat kita semua, dan komik menjadi hulu dari semua itu." Tuturnya lagi.
Triawan Munaf juga menyatakan bahwa BEKRAF dan Pemerintah akan terus berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia, termasuk komik sebagai salah satu fokusnya. ia menambahkan bahwa pada tahun depan Indonesia terpilih menjadi Country Focus dalam London Book Fair. Komik Indonesia akan menjadi salah satu pusat perhatian pada London Book Fair tahun depan.
"Untuk tahun ini, komik Indonesia sudah eksis dalam perhelatan London Fair dan sukses sekali, apalagi di tahun depan."
Faza Meonk selaku Ketua Umum AKSI dan Imansyah Lubis selaku Sekretariat Jendral AKSI mengakui bahwa dalam beberapa tahun ini komik Indonesia berhasil berkolaborasi dengan berbagai media hiburan lainnya. Pada tahun 2017, dunia perfilman Tanah Air diwarnai dengan 2 film yang diadaptasi dari komik, Valentine dan Si Juki the Movie. Dan tidak hanya itu saja, saat ini kolaborasi antara komik dengan game, seni pertunjukan, hingga musik sudah banyak dilakukan.
Dalam pemaparannya, Faza menyatakan bahwa komik bisa menjadi media untuk mempromosikan kebudayaan suatu negara, seperti halnya Jepang yang terkenal dengan manga-nya yang sanggup mempopuler berbagai kebudayaan negeri Sakura tersebut - seperti kuliner maupun pariwisata - kepada dunia internasional. Komik Indonesia juga bisa menjadi sarana untuk mengenalkan kearifan budaya Indonesia ke mata dunia.
Ketua Umum AKSI, Faza Meonk.
Perjalanan komik Indonesia merupakan sebuah perjalanan panjang yang telah berlangsung sejak lama. Seiring berjalannya waktu, kini Komik Indonesia mampu eksis dan memiliki banyak penggemarnya. Terbukti dari peredaran komik cetak karya kreator Indonesia yang sudah semakin mudah ditemukan di toko buku. Bahkan tidak jarang Komik Indonesia masuk dalam jajaran buku best seller di berbagai toko buku tanah air.
Selain dari komik cetak, perkembangan teknologi digital juga turut mengubah ekosistem Komik Indonesia. Saat ini Komik Indonesia bisa dibaca tidak hanya dalam media buku tetapi juga secara online. Kehadiran berbagai macam platform komik online memudahkan pembaca untuk bisa membaca komik di mana saja dan kapan saja melalui berbagai perangkat. Banyaknya platform komik digital ini juga ikut memberikan wadah bagi para kreator Indonesia untuk berkarya. Selain melalui platform dan aplikasi, media sosial juga menjadi sarana distribusi komik di media digital.
Saat ini, 13 juta orang membaca Komik Indonesia setiap harinya lewat ponsel, tiga kali sehari, saat makan siang, sore pulang kerja/aktivitas dan jelang tidur. Lebih dari 100 judul komik Indonesia rilis mingguan setiap hari sepanjang tahun di berbagai aplikasi komik dan media sosial. Pertumbuhan ini diperkirakan bisa mencapai hingga 20% populasi Indonsia di tahun 2025, khususnya pada demografi pembaca usia 15-35 tahun.
Peningkatan jumlah pembaca ini juga berimplikasi pada peningkatan jumlah komikus, komunitas komik, penerbit komik dan event komik serta keikutsertaan komikus dan penerbit komik dalam projek dan event internasional setiap tahunnya.
Dengan banyaknya komik Indonesia baik dalam format cetak maupun online, membuat komik Indonesia kini mampu unjuk gigi bersaing di kancah global. Tidak sedikit dari komik Indonesia yang saat ini sudah terbit di negara lain dalam berbagai bahasa. Bahkan komikus asal Indonesia juga tidak henti-hentinya menorehkan prestasi di kancah global.