Pesan Terakhir Pegulat Hana Kimura, Diduga Bunuh Diri Dengan Gas Beracun
Ditemukannya secarik kertas yang diduga sebagai pesan terakhir, menguatkan dugaan bahwa pegulat wanita Hana Kimura bunuh diri.
IDWS, Rabu, 27 Mei 2020 - Pegulat wanita berdarah campuran Indonesia-Jepang, Hana Kimura (22) ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Tokyo, Jepang pada 23 Mei 2020 lalu. Dugaan sementara pada saat itu, salah satu bitnang reality show Terrace house yang tayang di Netflix itu melakukan bunuh diri karena mengalami cyber bullying (perundungan siber).
Pegulat profesional berdarah Indonesia-Jepang, Hana Kimura. (Foto: Twitter/@hanadayo0903)
Dilansir dari Japan Today, dugaan itu kini semakin menguat setelah tim kepolisian menginvestigasi rumah Hana Kimura dan menemukan secarik kertas berisi pesan tertempel di pintu kamar Hana Kimura. Tim juga menemukan sebuah container yang diduga melepaskan gas beracun ke kamar putri pegulat Kyoko Kimura itu.
Pesan yang tertulis di secarik kertas tersebut berisi ungkapan terima kasih bagi orang-orang di sekelling Hana Kimura semasa masih hidup, menguatkan dugaan bahwa pegulat wanita yang masuk dalam Top 50 PWI (Pro Wrestling Illustrated) Female 100 pada 2018 itu memang bunuh diri. Selain itu tidak ditemukan adanya indikasi keterlibatan secara langsung dari pihak lain dalam kematian Hana Kimura.
Selain menjadi seorang pegulat, Kimura juga merupakan anggota dari "Terrace House Tokyo 2019-2020," sebuah seri reality show yang sudah tayang sejak 2012 dan diasiarkan Fuji Television. Kepopuleran acara ini juga mengundang fans-fans maniak dari luar Jepang setelah ditayangkan melalui layanan video streaming Netflix.
Dalam seri terbarunya yang telah tayang sejak Mei 2019 ini, ada 3 wanita dan 3 pria yang tinggal dalam satu atap di sebuah rumah di Tokyo. Dalam seri yang menurut Netflix ditayangkan tanpa skrip sama sekali ini, para cast berusaha untuk “mencari cinta sambil hidup bersama”.
Bermula dari Terrace House
Hana Kimura ikut membintangi Terrace House sejak September tahun lalu hingga mendapat banyak ujaran kebencian dan berbagai kritik kejam di media sosial. Dalam pesan-pesan kejam tersebut, para pem-bully mengkritik perilakunya di reality show tersebut, terutama setelah salah satu episode yang tayang pada bulan Maret lalu di mana ia kehilangan kesabaran.
Hana Kimura dalam reality show Terrace House. (Foto: 7news.com.au)
Dalam episode tersebut, seorang cast pria terlihat merusak salah satu kostum gulat mahal milik Kimura setelah tak sengaja menyatukannya dengan pakaiannya dan mencucinya dengan mesin cuci. Melihat hal tersebut, Kimura marah dan mengatakan,
"Lain kali, perhatikan (barang milik) orang lain!" kata Hana Kimura sebelum menarik topi milik cast pria tersebut.
Setelah episode itu tayang, ia mulai mendapat cuitan-cuitan kejam dari fans-fans maniak. Beberapa bahkan mengatakan, "Semuanya akan bahagia jika kamu pergi selamanya," dan "Tidak usah tampil lagi di TV."
Di hari kematiannya, gadis kelahiran Yokohama, Jepang itu mengungkapkan kesedihannya lewat akun Twitter @hanadayo0903.
"Setiap harinya aku menerima sedikitnya 100 komentar yang membuatku sakit hati," kicau Hana Kimura.
Ia juga sempat menulis ungkapan terima kasihnya pada ibunya, "Ibu, terima kasih sudah melahirkanku. Aku ingin disayangi dalam hidup ini."
Unggahan terakhir Hana Kimura di sosial media. (Foto: Instagram/@hanadayo0903)
Lewat akun Instagram, Kimura mengunggah sebuah foto dirinya bersama seekor kucing kesayangannya dengan pesan, "Aku mencintaimu, tolong jalani hidup panjang dan menyenangkan. Maafkan aku," beberapa jam sebelum kematiannya dikonfirmasi oleh pihak rumah sakit.
Kasus cyber bullying terhadap Hana Kimura mendapat perhatian pejabat Jepang
Sebelumnya, Fuji TV memang telah menghentikan proses syuting dari Terrace House untuk mencegah penyebaran COVID-19. Namun setelah meninggalnya Kimura, saluran ini memutuskan untuk menghentikan penyiaran satu episode reality show itu pada Selasa (26/5) dan pendistribusian 2 episode di Netflix pada 2 Juni mendatang.
Hana Kimura dalam screenshot di situs resmi reality show Terrace House
Kasus cyber bullying yang menimpa Kimura ini memicu protes dari masyarakat pada pemerintah terkait perlindungan penduduk dari perundungan. Hal ini membuat politikus Jepang kembali menegaskan bahwa mereka akan menangani masalah ini.
Kepala urusan Diet dari Partai Demokrat Liberal, Hiroshi Moriyama dan Jun Azumi, kepala urusan Diet dari partai oposisi Partai Demokratik Konstitusional Jepang, setuju untuk mendiskusikan beberapa peraturan untuk mencegah cyber bullying kembali terjadi.
"Ini merupakan tugas penting bagi anggota legislatif untuk membuat kehidupan penduduk lebih nyaman tanpa adanya kasus semacam itu," ujar Moriyama seperti dikutip dari Mainichi Shimbun.
"Kami akan berusaha menyelesaikan peraturan dan undang-undang tersebut pasa musim gugur nanti," tambah Azumi.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga. Setelah mengucapkan rasa bela sungkawanya pada sebuah konferensi pers pada Senin, 25 Mei lalu, ia mengatakan bahwa para peneliti di Kementerian Urusan Internal dan Komunikasi tengah mendiskusikan cara untuk mencari orang-orang yang membuat ujaran kebencian dan fitnah di dunia maya.
"Kami akan segera bertindak sesuai dengan hasil diskusi tersebut,” pungkasnya.
(Stefanus/IDWS)