Menteri Keamanan Siber Jepang ini Sama Sekali Tak Mengerti Soal Komputer. Kok Bisa!?
Ada orang yang tak mengerti cara menggunakan komputer, dan susah membayangkan mereka dipasrahi tanggung jawab untuk menjaga keamanan siber negara. Namun agaknya, ada seseorang yang menjadi pengecualian.
Yoshitaka Sakurada yang ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Siber sekaligus Olimpiade Jepang
IDWS, 16 November 2018 - Dalam sebuah pertemuan komite parlemen Jepang hari Rabu (14/11/2018), Yoshitaka Sakurada, 68, mengaku bahwa ia tak pernah menggunakan komputer ketika ditanyai oleh seorang lawmaker dari pihak oposisi apakah dia melek komputer.
"Saya telah menjalankan bisnis saya secara independen dalam 25 tahun terahir. Ketika komputer mulai dibutuhkan, saya menyuruh karyawan atau sekretaris saya (untuk menggunakan komputer). Saya tidak pernah menggunakan komputer," katanya.
Sebenarnya tidak salah jika tidak mengerti komputer, akan tetapi tentu ceritanya karena ia baru saja ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Siber dan Olimpiade pada bulan lalu, di mana ia bertanggung jawab atas keamanan siber Olimpiade Tokyo 2020.
Masih tercengang dengan pengakuan Sakurada, seorang lawmaker lainnya menanyakan apakah dalam pembangkit listrik tenaga nuklir diperbolehkan menggunakan USB drive (penggunaan USB sangat diperketat pada PLTN karena rawan menyebarkan malware), yang merupakan teknologi umum dalam kehidupan sehari-hari, Sakurada sepertinya tidak mengerti apa itu USB drive.
"Saya tidak tahu detilnya dengan baik. Jadi bagaimana jika kita membiarkan seorang ahli menjawab pertanyaan anda jika diperlukan, bagaimana?" Begitulah balasannya yang langsung dihujani dengan kritikan.
"Sungguh sulit dipercaya seseorang yang tak pernah menggunakan komputer bisa dipasrahi menjaga keamanan siber," kata Masato Imai, seorang lawmaker dari pihak oposisi.
Ketika ditanyai bagaimana seseorang tanpa keahlian komputer seperti dirinya bisa ditunjuk menjadi menteri keamanan siber, Sakurada menjawab bahwa kebijakan tersebut diputuskan secara luas rekan-rekannya dan juga pemerintahan nasional, dan ia merasa percaya diri tidak akan ada kendala.
Dikenal kurang kredibel
Bahkan sebelum penunjukkannya pada hari Rabu lalu, Sakurada yang juga bertugas mengawasi jalannya Olimpiade 2020 di Tokyo dikenal beberapa kali menarik perhatian media karena komentar-komentarnya di publik atau ketidak becusannya dalam menjawab pertanyaan di depan publik. Seminggu sebelum komentarnya mengenai tidak pernah memakai komputer, The Asahi Shimbun menulis bahwa ia "memiliki keahlian memberikan jawaban-jawaban tidak jelas."
Ia kebingungan ketika menjawab pertanyaan mengenai berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk Olimpiade 2020 dan apakah pejabat-pejabat Korea Utara akan hadir. Sering menoleh kepada rekan atau bawahannya untuk meminta bantuan dalam menjawab. Ia malah menjawab biaya untuk menyelenggarakan Olimpiade adalah 1,500 yen (sekitar 192 ribu rupiah), yang seharusnya 150 milyar yen (sekitar 19 trilyun rupiah).
Lalu ia beralasan kebingungan menjawab karena ia tidak diberitahu mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut sebelumnya.
Di tahun 2016, ia meminta maaf setelah menyebut wanita-wanita korea yang diculik dan dipaksa menjadi budak seks dari tentara Kerajaan Jepang sebelum dan saat Perang Dunia II sebagai "wanita penghibur." (Stefanus/IDWS)
Sumber: nytimes.com
Foto: Reuters